Jumat, 13 April 2007

Sosialisme dan Manusia di Kuba

Che Guevara (1965)

Artikel ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano, editor Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay. Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret 1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo.
Kawan tercinta: Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Pendapat umum yang dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka perang ideologi menentang sosialisme, yakni bahwasanya sosialisme, atau periode pembangunan sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan di Kuba ini, ditunjukkan oleh, penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak akan berusaha menolak pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen teoritik, melainkan dengan menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di kuba dan selanjutnya memberi tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya memaparkan sejarah perjuangan revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil merebut kekuasaan.
Sebagaimana telah diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang mencapai puncaknya pada 1 Januari 1959--adalah tanggal 26 Juli 1953. Sebuah kelompok yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang barak Moncada di Propinsi Oriente pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu gagal, kegagalan itu menjadi sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup dijebloskan ke dalam penjara, dan memulai kembali perjuangan revolusioner setelah mereka dibebaskan melalui sebuah amnesti.
Dalam proses ini, dimana yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan faktor fundamental. Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas, dengan nama pertama dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi yang dipercayakan padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya tibalah tahap perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua lingkungan yang berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus dimobilisasi; dan pelopornya, gerilyawan, kekuatan motor mobilisasi, pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme militan. Pelopor ini merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan untuk memperoleh kemenangan.
Di sini sekali lagi, dalam kerangka proletarisasi pemikiran kami, dari revolusi yang berlangsung dalam kebiasaan-kebiasaan dan pikiran-pikiran kami, individu merupakan faktor pokok. Setiap seorang pejuang dari Sierra Maestra yang mencapai jenjang atas dalam barisan kekuatan revolusioner memiliki rekor tindakan yang luar biasa. Mereka memperoleh jenjang tersebut atas dasar tindakannya itu. Inilah periode kepahlawanan pertama, dan di situ mereka harus memikul tanggung jawabnya yang amat berat, untuk tugas-tugas yang amat berbahaya, dengan tiada kepuasan lain daripada berhasil memenuhi kewajiban yang dibebankan padanya itu.
Dalam pekerjaan pendidikan revolusioner, kami seringkali kembali ke tema-tema yang mengandung pelajaran seperti ini. Sikap pejuang kami diarahkan sebagai manusia masa depan.
Pada bagian sejarah kami yang lain tindakan dedikasi total pada perjuangan revolusioner terus-menerus diulang. Selama krisis Oktober dan saat Hurricane Flora kami menyaksikan tindakan keberanian dan pengorbanan luar biasa yang ditunjukkan oleh seluruh rakyat. Penemuan metoda melestarikan sikap kepahlawanan ini dalam kehidupan sehari-hari, dari sudut pandang ideologis, merupakan salah satu tugas fundamental kami.
Pada bulan Januari 1959, pemerintahan revolusioner didirikan dengan keikutsertaan berbagai anggota dari kaum borjuis pengkhianat. Keberadaan Tentara Pemberontak (selanjutnya diubah menjadi kekuatan bersenjata Revolusioner setelah kemenangan revolusi 1959, pent) sebagai faktor mendasar dari kekuatan yang mengawal revolusi.
Kontradiksi serius mulai berkembang. Kontradiksi utama, pada bulan Februari 1959, diselesaikan ketika Fidel Castro memegang kepemimpinan pemerintahan, mengambil pos perdana menteri. Proses ini mencapai puncaknya pada bulan Juli tahun yang sama dengan mundurnya Presiden Urrutia karena tekanan massa.
Dalam sejarah revolusi Kuba nampak jelas karakternya, watak aslinya, yang secara sistematik berulang-ulang tampil: massa
Proses yang bersegi jamak ini bukan, sebagaimana dianggap, jumlah dari elemen-elemen dari tipe yang sama,layaknya sekumpulan domba,lebih-lebih lagi, disusutkan menjadi jenis tipe sistem yang dipaksakan dari atas. Benar adanya bahwa ia mengikuti para pemimpinannya, terutama Fidel Castro, tanpa keraguan. Namun tingkat dimana para pemimpin itu memperoleh kepercayaan sesungguhnya hasil dari ketepatan mereka menginterpretasikan keinginan dan aspirasi rakyat dalam arti utuh, dan dari perjuangan tulus untuk memenuhi janji yang dibuatnya.
Massa berpartisipasi dalam reformasi agraria dan dalam tugas sulit mengelola perusahaan-perusahaan negara; yang juga ditunjukkan melalui pengalaman Playa Giron yang heroik itu, peperangan melawan kelompok-kelompok bandit yang dipersenjatai oleh CIA; berpartisipasi melalui salah satu keputusan yang amat penting di jaman moderen selama krisis Oktober; dan saat ini berlanjut terus bekerja demi membangun sosialisme.
Dipandang dari luar, nampaknya mereka yang mengatakan tentang adanya subordinasi individu di bawah negara bisa benar. Massa melakukan tugas-tugas itu dengan antusiame yang tak ada bandingannya dan menjalankan tugas yang digariskan oleh pemerintah, apakah itu di bidang ekonomi, kebudayaan, pertahanan, olah raga, dsb.
Inisiatif muncul dari Fidel atau dari komandan tinggi revolusioner dan dijelaskan kepada rakyat, yang menjadikannya sebagai miliknya. Dalam beberapa kasus, partai dan pemerintah mengambil pengalaman lokal dan menggeneralisasikannya, dengan mengikuti prosedur sama.
Meski begitu, negara kadang-kadang membuat kesalahan. Pada saat terjadi kesalahan, yaitu nampak dari menurunnya antusiasme kolektif dikarenakan efek penurunan kuantitatif pada masing-masing elemen yang menyusun massa. Kerja menjadi lumpuh hingga mencapai penyusutan jumlah ke tingkat yang tak memadai. Saatnya harus segera membuat koreksi. Ini terjadi pada bulan Maret 1962, sebagai hasil dari kebijaksanaan sektarian yang dipaksakan pada partai oleh Anibal Escalante.
Nyata bahwa mekanisme ini tidak cukup menjamin bagi suksesi tindakan yang bijaksana. Hubungan yang lebih berstruktur dengan massa amat dibutuhkan, dan kami harus memperbaikinya di tahun-tahun selanjutnya. Selain inisiatif yang muncul dari jajaran atas pemerintahan yang telah lakukan, kami sekarang ini menggunakan metoda intuitif yang muncul dari reaksi umum atas problem-problem besar yang kami hadapi.
Dalam hal inilah Fidel seorang pemimpin. Cara khasnya dalam menyatukan dirinya dengan rakyat dapat ditangkap hanya dengan melihatnya dalam tindakan. Dalam rapat umum raksasa seseorang dapat mengamatinya bagai dialog antara dua garpu penala yang saling bergetar menghasilkan suara baru. Fidel dan massa mulai bergetar bersama dalam sebuah dialog yang intensitasnya makin tumbuh hingga mencapai klimaks dalam sebuah muara jeritan perjuangan dan kemenangan.
Sesuatu yang sulit dipahami bagi seseorang yang tidak hidup melalui pengalaman revolusi adalah keeratan dialektika antara individu dan massa,dimana massa, sebagai kumpulan individu, saling berinterkoneksi dengan para pemimpinnya.
Beberapa fenomena seperti ini memang kisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para politisi nampak mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai gerakan sosial murni (jika benar-benar murni, maka tidak sepenuhnya benar mengatakan mereka sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan, jika orang yang itu mampu terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan bertahan selama kekasaran masyarakat kapitalis terus-menerus menciptakan illusi terhadap rakyat.
Dalam masyarakat kapitalis, manusia dikontrol oleh hukum tanpa belas kasihan yang berada di luar jangkauannya. Makhluk manusia teralienasi dan diikat menjadi sebuah masyarakat oleh sebuah jaringan korda: hukum nilai. Hukum yang berlaku atas seluruh aspek kehidupannya, yang membentuk perjalanan dan nasibnya.
Hukum kapitalisme, yang mengelabui dan tak nampak bagi orang kebanyakan, berlaku atas individu tanpa ia menyadarinya. Ia hanya melihat keluasan horison tanpa batas di hadapannya. Inilah betapa hal itu dilukiskan oleh kaum propagandis kapitalis yang mengaku menarik pelajaran dari contoh semacam Rockeffeler --apakah benar atau tidak-- tentang kemungkinan meraih keberhasilan.
Tumpukan kemiskinan dan penderitaan yang dipersyaratkan bagi kemunculan seorang Rockeffeler, dan tumpukan kebejatan yang dikandung dalam kekayaan seperti itu, digelapkan oleh lukisan tersebut, dan tidak selalu mungkin bagi kekuatan rakyat untuk melihat secara jernih konsep-konsep hukum kapitalisme ini.
(Sebuah diskusi tentang bagaimana buruh di negara imperialis secara gradual kehilangan semangat internasionalisme kelas pekerjanya disebabkan hingga tingkat tertentu oleh eksploitasi terhadap negara dunia ketiga, dan pada saat yang sama bagaimana melemahnya semangat perjuangan massa di negara imperialis, bisa dikaji di sini, namun tema itu di luar sasaran pokok tulisan ini.)
Dalam kasus apapun jalan menuju kesuksesan di masyarakat kapitalis digambarkan sebagai perjuangan dengan resiko--resiko dimana, diperlihatkan, seorang individu dengan kualitas yang baik sajalah yang dapat menghadapinya. Hadiah nampak ada di kejauhan; dan jalan untuk mencapainya penuh kesepian. Maka selanjutnya, yang berlangsung adalah persaingan diantara serigala-serigala; pemenangnya akan muncul dengan ongkos kegagalan lainnya.
Sekarang saya akan mencoba mendefinisikan individu, aktor dalam drama yang sedang bergerak dan aneh dari pembangunan sosialisme ini, dalam keberadaan gandanya sebagai manusia unik dan sekaligus anggota dari masyarakat.
Saya pikir tempat memulainya adalah memahami kualitas ketidaklengkapannya, sebagai produk yang belum selesai. Sisa masa lampau dibawanya hingga saat kini dalam kesadaran individu, dan sebuah kerja yang terus menerus diperlukan untuk mengikis sisa-sisa itu. Proses ini berlangsung dalam dua sisi. Di satu sisi masyarakat bertindak melalui pendidikan langsung dan tak langsung; di sisi lain, individu menyarankan diri bagi proses pendidikan sadar diri.
Masyarakat baru yang terbentuk harus bersaing secara gigih dengan masa lalu. Masa lampau tertanam bukan hanya dalam kesadaran individu--dimana sisa sebuah pendidikan yang secara sistematik diorientasikan ke arah pemisahan individu masih sarat dikandung--namun juga melalui watak dasar dari transisi itu dimana hubungan komoditi masih bertahan. Komoditi merupakan sel ekonomi masyaraiat kapitalis. Selama ia masih ada, efeknya akan menyusup dalam organisasi produksi dan, konsekuensinya, ke dalam kesadaran.
Marx memaparkan periode transisi sebagai hasil dari ledakan transformasi dari sistem kapitalis yang dihancurkan oleh kontradiksinya sendiri. Namun, dalam kenyataan sejarah, kita menyaksikan bahwa beberapa negara yang ikatan dahannya dengan pohon imperialisme lemah akan lepas pertama kali --sebuah fenomena yang diramalkan oleh Lenin.
Di negara-negara itu kapitalisme telah berkembang secara cukup untuk menciptakan efek yang dirasakan oleh rakyat dengan satu atau lain cara; namun bukannya kontradiksi internal kapitalismelah yang menyeburkan semua kemungkinan, menyebabkan sistem pecah. Perjuangan untuk membebaskan diri dari penindas asing, kesengsaraan yang disebabkan oleh kejadian eksternal seperti peperangan,yang memberikan konsekuensi kelas-kelas diuntungkan menyokong kelas-kelas terhisap. gerakan pembebasan yang bertujuan menggulingkan rejim neokolonialis--inilah faktor jamak dalam melepaskan jenis eksploitasi seperti ini. Tindakan sadar bekerja sepenuhnya.
Sebuah pendidikan lengkap bagi kerja sosial masih belum berlangsung di negara-negara yang baru membebaskan diri dari neokolonialisme itu, dan kemakmuran masih jauh dari jangkauan massa melalui proses penyerapan yang sederhana. Di satu sisi, keterbelakangan, dan biasanya larinya modal ke luar negeri, di sisi lain, transisi yang cepat tanpa pengorbanan adalah mustahi. Jalan untuk membangun basis ekonomi, dan godaan untuk sekedar tunduk pada kepentingan material sebagai ukuran kemajuan pembangunan masih teramat besar.
Ada bahaya bahwa hutan tak akan nampak karena pohon-pohon. Impian, bahwa sosialisme dapat dicapai dengan bantuan dari peralatan tumpul yang ditinggalkan kepada kita oleh kapitalisme (komoditi sebagai sel ekonomi, laba, kepentingan materi individu sebagai ukuran, dsb.) dapat mengarahkan pada sebuah persekutuan buta.
Dan kau akan dipusingkan di sana setelah melalui perjalanan panjang dengan banyak persimpangan, dan sulit untuk keluar dari jalan yang salah. Sementara itu, fondasi ekonomi yang telah diletakkan telah bekerja merongrong perkembangan kesadaran. Untuk membangun komunisme adalah perlu, secara simultan dengan landasan material baru, membangun manusia baru.
Itulah sebabnya amat penting memilih instrumen yang tepat untuk memobilisasi massa. Pada dasarnya, instrumen itu harus berkarakter moral, tanpa mengabaikan, bagaimanapun juga, penggunaan secara tepat insentif materi--khususnya yang berkarakter sosial.
Sebagaimana telah saya katakan, di saat-saat ada resiko besar adalah mudah untuk menggalang tanggapan kuat bagi rangsangan moral; Untuk memperkuat efeknya, bagaimanapun juga, mempersyaratkan perkembangan sebuah kesadaran dimana ada skala nilai baru. Masyarakat secara keseluruhan harus dibalikkan menjadi sebuah sekolah raksasa.
Dalam pemaparan ringkas fenomena ini, adalah sama seperti proses dimana kesadaran kapitalis terbentuk dalam periode awalnya. Kapitalisme menggunakan kekuatan tapi justru itu mendidik orang akan sistem tersebut. Propaganda langsung dilakukan dengan menjelaskan keniscayaan masyarakat kelas, apakah melalui teori asal-usul takdir atau teori mekanika hukum alam.
Pendidikan ini membodohi massa, karena mereka memandang dirinya sebagai makhluk yang ditindas oleh sebuah kekuatan jahat dimana mereka tidak mungkin menentangnya.Datanglah saatnya harapan baru untuk memperbaikinya--dan hal ini, kapitalisme berbeda dari sistem kasta yang paling awal, dimana tak ada jalan keluar yang ditawarkan.
Bagi beberapa orang, prinsip sistem kasta akan tetap memberi efek: hadiah bagi yang taat akan diterima setelah kematian di dunia lain dimana, menurut keyakinan lama, orang baik akan diberi hadiah. Bagi orang lain ada inovasi ini: pembagian kelas ditentukan oleh takdir, namun individu dapat bangkit keluar dari kelasnya melalui kerja, inisiatif, dsb.
Kedua ideologi ini dan mitos tentang manusia individu membentuk dirinya sendiri, jelas-jelas merupakan kebohongan: ia sudah menunjukkan dirinya, bahwa sebuah kebohongan akan adanya klas permanen adalah kebenaran.
Dalam kasus kami, pendidikan langsung memperoleh perhatian amat besar. Penjelasannya meyakinkan karena ia benar adanya; tak ada dalih yang dibutuhkan untuknya. Ia dilakukan oleh aparat pendidikan negara sebagai fungsi umum, teknik, pendidikan ideologis melalui agen-agen seperti Menteri Pendidikan dan aparat informasi partai.
Pendidikan diselenggarakan diantara massa dan pembentukan sikap baru diarahkan untuk menjadi sebuah kebiasaan. Massa terus-menerus membuat hal itu menjadi miliknya dan mempengaruhi lainnya yang belum mendidik diri. Inilah bentuk pendidikan tak langsung oleh massa, sebuah kekuatan lain.
Tapi proses seperti ini harus dengan kesadaran; individu secara kontinyu merasakan impak dari kekuatan sosial baru dan memandang bahwa ia melakukannya bukan semata-mata dikehendaki oleh patokannya. Di bawah tekanan pendidikan tak langsung ia mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang ia rasa benar dan jika ia kurang berkembang ia akan terhambat dari pencapaian secara murni. Maka Ia mendidik dirinya.
Dalam periode pembangunan sosialisme ini kita dapat melihat lahirnya manusia baru. Citranya belum sepenuhya rampung--dan tidak akan pernah rampung, karena proses ini akan terus berlangsung dari generasi ke generasi sesuai perkembangan bentuk-bentuk ekonomi baru.
Di samping itu, mereka yang kurang terdidik akan memilih jalan sendirian dalam mencapai pemenuhan ambisi-ambisi pribadinya mereka ini ada--bahkan di dalam panorama baru dari kesatuan derap langkah ke depan--mereka yang memiliki kecenderungan berjalan memisahkan diri dari massa yang menyertainya. Namun, yang penting adalah bahwa setiap hari orang memperoleh lebih banyak kesadaran akan kebutuhan untuk senantiasa beriringan di dalam masyarakat dan, pada saat yang sama, pentingnya berperan sebagai motor masyarakat itu.
Mereka tidak lagi sepenuhnya sendirian dan kehilangan petunjuk mencapai aspirasi di kejauhan. Mereka mengikuti pelopornya, yang terdiri dari partai, buruh-buruh yang sudah maju, manusia-manusia maju yang berjalan dalam kesatuan dengan massa dan dalam kerukunan yang erat dengan mereka. Pelopor mengarahkan pandangannya ke masa depan, namun bukan pandangan dari individu. Buahnya adalah sebuah masyarakat baru dimana manusia tidak akan memiliki perbedaan derajat: masyarakat manusia komunis.
Jalan ke arah sana panjang dan penuh kesulitan. Ada kalanya kita kehilangan arah dan harus kembali; Di saat lain kita terlalu cepat dan terpisah dari massa. Kadang-kadang kita terlampau lamban dan merasa hanya berjalan ditempat saja. Dalam semangat kita sebagai revolusioner kita mencoba bergerak maju secepatnya, membersihkan jalan. Namun kita tahu kita harus memelihara diri kita agar dekat terus dengan massa dan hal itu dapat dicapai lebih cepat hanya bilamana kita mengilhaminya dari contoh-contoh yang kita berikan.
Meski betapa penting adanya stimuli moral, kenyataan masih adanya pembagian ke dalam dua kelompok utama (tentu saja, di luar kaum minoritas yang karena satu dan lain alasan tidak berpartisipasi dalam pembangunan sosialisme) menunjukkan jarak relatif dari perkembangan kesadaran sosial.
Kelompok pelopor secara ideologis lebih maju dari massa; massa memahami nilai-nilai baru, tapi tidak secara memadai. Sementara pelopor sudah ada perubahan kualitatif yang memungkinkannya membuat pengorbanan sesuai kapasitasnya sebagai pelopor yang maju, massa hanya melihat sebagai gambar dan masih harus diberi rangsangan dan didorong terus hingga mencapai intensitas tertentu. Di sinilah kediktatoran proletariat bekerja, bukan hanya mendidik kelas yang telah dikalahkan (burjuis) tetapi juga individu-individu dari kelas yang menang (proletariat dan kelas tertindas lainnya).
Semua itu berarti bahwa keberhasilan menyeluruh dari serangkaian mekanisme dari lembaga-lembaga revolusioner, dibutuhkan. Sejalan dengan citra derap langkah maju ke masa depan menghasilkan konsep institusionalisasi sebagai sebuah keselarasan seperangkat saluran, langkah, pengendalian, dan minyak pelumas mekanisme yang memudahkan langkah maju, yang memfasilitasi seleksi alam dari mereka yang melangkah menuju masa depan bersama pelopor, dan pemberian hadiah bagi mereka yang memenuhi kewajiban dan hukuman bagi mereka yang melakukan kejahatan menentang masyarakat yang sedang dibangun.
Institusionalisasi revolusi itu masih belum tercapai. Kita mencari sesuatu yang baru yang memperlancar identifikasi total diantara pemerintah dan komunitas secara keseluruhan, sesuatu yang layak untuk kondisi khusus dalam pembangunan sosialisme; sementara itu menghindarkan dengan sungguh-sungguh untuk mencangkokkan demokrasi burjuis--seperti dewan legislatif, misalnya--ke dalam masyarakat yang sedang dalam pembentukan.
Beberapa eksperimen yang ditujukan untuk pelembagaan secara gradual dari revolusi telah dilakukan, namun tanpa grusa-grusu. Pengereman masih harus sering dilakukan; jika tidak, maka akan nampak formalitas yang bisa memisahkan kita dari massa dan dari individu, yang akan membuat kita kehilangan pandangan pokok dan aspirasi revolusioner yang paling penting: menemukan manusia terbebaskan dari keterasingannya.
Meskipun kekurangan institusi, yang harus diatasi secara gradual, massa sekarang sedang membuat sejarah sebagai kumpulan individu berkesadaran yang berjuang demi tujuan yang sama. Manusia di bawah sosialisme, meskipun penampakannya distandarisasi, jauh lebih lengkap. Meskipun kekurangan mekanisme sempurna untuk itu, peluangnya untuk mengekspresikan dirinya dan membuat dirinya merasa dalam organisme sosial jauh lebih besar.
Ini masih perlu untuk memperdalam kesadaran partisipasinya, individu dan kolektif, di semua mekanisme manajemen dan produksi, dan untuk mengikatkan hal ini dengan ide kebutuhan terhadap teknik dan pendidikan ideologis, sehingga ia melihat bagaimana saling keterkaitan proses-proses itu dan bagaimana kemajuan mereka adalah paralel. Dalam cara ini ia akan mencapai kesadaran total makhluk sosialnya, yang ekivalen untuk realisasi penuhnya sebagai makhluk manusia, dan pada saat itu rantai keterasingan telah diputuskan.
Ini harus diterjemahkan secara kongkret melalui kerja bebas dan ekspresi dari kondisi kemanusiaannya sendiri melalui kebudayaan dan seni.
Untuk itu, kerja harus memperoleh sebuah kedudukan baru. Manusia sebagai sebuah komoditi harus diakhiri, dan sebuah sistem perlu dijalankan yang menetapkan sistem kuota sebagai bentuk pemenuhan kewajiban sosialnya. Alat produksi dimiliki masyarakat, dan mesin hanyalah saluran melalui mana kewajiban dipenuhi. Manusia mulai melepaskan pikiran yang mengganggu: kenyataan bahwa kerja dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan hewaninya.
Ia mulai memandang dirinya tercermin dalam kerjanya dan memahami kedudukan penuhnya sebagai makhluk manusia melalui obyek yang diciptakan, melalui kerja yang diselesaikan. Kerja bukan lagi menuntut penyerahan sebagian dari kemanusiannya dalam bentuk tenaga kerja yang harus dijual, yang mana bukan lagi menjadi miliknya, melainkan merepresentasikan pengungkapan dirinya ke luar, sebuah sumbangan bagi kehidupan bersama dimana ia diwakili di situ, sebuah pemenuhan kewajiban sosialnya.
Kita melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk memberikan kerja sebuah status baru berupa kewajiban sosial dan mengkaitkannya di satu sisi dengan perkembangan teknologi. yang akan menciptakan kondisi bagi kebebasan yang lebih besar, dan di sisi lain dengan kerja sukarela berdasarkan pengertian Marxist bahwa manusia akan mencapai kondisi kemanusiaannya secara sejati bilamana ia berproduksi tanpa dipaksa oleh desakan kebutuhan fisiknya dimana ia harus menjual dirinya sebagai komoditi.
Tentu saja, masih ada faktor lain bahkan ketika kerja merupakan kerja sukarela. Manusia belum mentransformasikan faktor paksaan yang melingkupi dirinya ke dalam refleks-refleks terkondisi dari sebuah watak sosial, dan dalam beberapa kasus ia masih berproduksi di bawah tekanan lingkungan. (Fidel menyebutnya tekanan moral.)
Ia masih harus menderita untuk melengkapkan kelahiran kembali semangat terhadap kerjanya,ter bebaskan dari tekanan langsung lingkungan sosialnya, walaupun mengkaitkannya melalui kebiasaan-kebiasaan barunya. Dengan demikianlah akan terbentuk komunisme.
Perubahan kesadaran tidak berlangsung secara otomatis sebagaimana halnya ekonomi tidak berubah secara otomatis. Perubahannya perlahan dan tidak ritmis, ada periode kemajuan (akselerasi) kadang amat lamban, dan bahkan mengalami kemunduran.
Lebih lanjut kita musti ingat, sebagaimana saya nyatakan sebelumnya, bahwa kita tidak membahas periode transisi belaka, sebagaimana telah Marx nyatakan dalam "Critique of the Gotha Program" nya, namun lebih berkenaan dengan sebuah fase baru yang tidak diramalkannya: sebuah periode awal transisi menuju komunisme, atau periode pembangunan sosialisme. Periode yang kita bicarakan ini berlangsung di tengah-tengah perjuangan kelas dengan kekerasan, dan dengan elemen-elemen kapitalisme di dalamnya yang mengaburkan pemahaman esensinya.
Bilamana kita menambahkan di sini skolastikisme yang hendak melacak ke belaiang perkembangan filsafat Marxist dan mendesakkan perlakuan sistematik dari periode transisi, dimana ekonomi politik belum berkembanq, kita musti menerima bahwa kita masih dangkal dan perlu mencurahkan diri untuk menggali semua karakteristik prinsipiil dari periode tersebut sebelum mengelaborasi sebuah teori politik dan ekonomi dalam ruang lingkup yang lebih besar.
Menghasilkan teori akan, tak ragu lagi, menempatkan tekanan besar pada dua pilar konstruksi sosialisme: pendidikan manusia baru dan perkembangan teknologi. Banyak yang masih harus dikerjakan dalam dua hal ini, dan kelambatan dalam konsep teknologi sebagai landasan ekonomi harus segera dikejar meskipun jalan ke arah itu sudah dibuka sebelumnya oleh negara-negara yang lebih maju. Itulah sebabnya mengapa Fidel dengan lantang menyerukan pentingnya pendidikan teknologi dan ilmu pengetahuan bagi rakyat kami dan khususnya para pelopornya.
Dalam bidang ide yang tidak mengarah pada aktivitas yang mencakup pelibatan produksi, lebih mudah melihat pembagian antara kebutuhan spiritual dan material. Sudah sekian lamanya manusia berusaha membebaskan dirinya dari keterasingan melalui kebudayaan dan seni. Sementara itu ia mati setiap hari selama delapan jam atau lebih karena ia berfungsi sebagai komoditi, ia berusaha menghidupkan dirinya kembali melalui kreasi spiritualnya.
Namun obat ini melahirkan kuman penyakit yang sama pula: ia merupakan individu tersendiri yang mencari keselarasan dengan lingkungannya. Ia mempertahankan individualitasnya yang ditindas dan bereaksi pada ide-ide estetika sebagai makluk unik yang aspirasinya tetap tak ternoda(untarnished).
Itu tidak lebih dari usaha melarikan diri. Hukum nilai bukan lagi sebuah refleksi hubungan produksi yang sederhana: Monopoli kapitalis--bahkan dengan menggunakan metoda empiris murni-- mengepung seni tersebut dengan jaring yang ruwet yang membuatnya menjadi sekedar alat belaka. Superstruktur menuntut sejenis seni dimana artis harus dididik di dalamnya. Pemberontak ditundukkan oleh mesin, dan hanya bakat-bakat pengecualian saja yang bisa menciptakan karyanya sendiri. Sebagian besar lainnya menjadi orang sewaan yang malu-malu atau akan dihancurkan.
Sekolah "kebebasan" artistik diciptakan, namun nilainya terbatas hingga kita berbenturan dengannya--dengan kata lain, hingga problem riil manusia dan keterasingannya muncul. Kegusaran yang tak karuan juntrungannya atau hiburan-hiburan vulgar menjadi katup pengaman bagi kegelisahan manusia. Ide tentang penggunaan seni sebagai senjata protes mulai diperjuangkan.
Mereka yang bermain sesuai dengan aturan yang ada ditaburi dengan penghargaan-penghargaan-- seperti halnya seekor kera yang bisa menari. Kondisi yang diciptakan (impose) adalah bahwa seseorang tidak bisa menghindar dari sangkar yang tidak nyata itu.
Ketika revolusi mengambil kekuasaan, banyak terjadi eksodus dari mereka yang selama ini tidak pernah patuh sepenuhnya pada aturan main yang ada; sebagian besar --apakah mereka kaum revolusioner atau bukan-- melihat ada jalan baru yang terbentang. Penggalian artistik mengalami impuls baru. Jalan, bagaimanapun juga, kurang lebih telah diletakkan, dan konsep eskapis menyembunyikan dirinya dibalik kata 'kebebasan'. Sikap ini seringkali ditemukan bahkan diantara kaum revolusioner sendiri, sebagai sebuah refleksi idealisme burjuis di dalam kesadaran mereka.
Di negara-negara yang melangkah melalui proses yang serupa, ada yang berusaha memerangi kecenderungan ini dengan dogmatisme yang berlebih-lebihan. Kebudayaan umum sebetulnya sebuah tabu, dan puncak aspirasi kebudayaan disebut gambaran alam secara formal. Reprentasi ini ditransformasikan menjadi sebuah representasi mekanis dari kenyataan sosial yang ingin mereka tunjukkan: masyarakat ideal, hampir tanpa konflik atau kontradiksi, dimana mereka berusaha ciptakan.
Sosialisme masih muda dan memiliki banyak kesalahan. Kami kaum revolusioner sering kekurangan pengetahuan dan keberanian intelektual yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas membangun manusia baru dengan metoda baru yang berbeda dengan metoda konvensional dan metoda-metoda konvensional korban dari pengaruh masyarakat yang menciptakannya.
(Sekali lagi tema hubungan antara bentuk dan isi kemanusiaan.)
Disorientasi meluas dan kami disibukkan oleh masalah-masalah konstruksi material. Tak ada seniman (artists) dengan otoritas besar yang pada saat bersamaan memiliki otoritas revolusioner besar. Anggota Partai harus mengambil tugas ini dan berusaha mencapai tujuan utama, mendidik rakyat.
Apa yang diusahakan selanjutnya adalah penyederhanaan. Sesuatu yang dapat dipahami oleh setiap orang, sesuatu yang dapat dipahami para fungsionaris. Penggalian artistik murni diakhiri, dan masalah kebudayaan umum disusutkan untuk mengambil beberapa hal dari kehadiran sosialis dan beberapa lainnya dari masa lampau yang telah mati (karena itu, tidak berbahaya).
Jadi realisme sosialis muncul atas dasar seni abad lampau.
Namun seni realistik abad ke sembilan belas juga memiliki watak kelas, mungkin kapitalis yang lebih murni daripada seni dekaden abad-ke dua puluh ini yang menampilkan kegusaran manusia terasing. Dalam bidang kebudayaan, kapitalisme telah memberikan semua yang harus ia berikan, dan tak ada yang tersisa kecuali bau busuk bangkainya, dekadensi seni-nya dewasa ini.
Namun mengapa berusaha menemukan hanya resep-resep handal dalam bentuk-bentuk Realisme Sosialis yang telah beku? Kita tidak dapat memamerkan 'kebebasan' realisme sosialis, karena ia belum ada dan tidak akan ada hingga perkembangan penuh dari masyarakat baru. Namun kita tidak dapat, dari penghitungan seluruh beaya realisme, menghujat semua bentuk seni sejak paruh pertama abad ke sembilan belas, karena kita akan jatuh ke dalam kesalahan kembali ke masa lampau ala Proudhon, dengan menutup ekspresi artistik dari manusia yang sedang lahir dalam proses pembentukan diri.
Apa yang dibutuhkan adalah pengembangan sebuah mekanisme kebudayaan-ideologis yang mengijinkan baik penggalian bebas dan pembersihan rumput-rumput liar yang sedimikian mudahnya tumbuh di atas tanah yang telah dipupuk oleh tunjangan negara.
Di negeri kami kekeliruan realisme mekanis tidak nampak, tetapi lebih nampak lawannya. Dan hal tersebut demikian karena kebutuhan untuk menciptakan pembentukan manusia baru belum dipahami, manusia baru yang bukan menggambarkan ide abad ke sembilan belas maupun ide abad kita yang dekaden dan tak sehat ini.
Apa yang harus kita ciptakan adalah manusia abad ke dua puluh satu, walaupun ini masih aspirasi subyektif, belum disistematisasikan. Sesungguhnya inilah salah satu sasaran fundamental studi dan pekerjaan kita. Untuk tingkat keberhasilan konkret yang kita capai pada perencanaan teoritik--atau, sebaliknya, pada tingkat kesimpulan teoritik yang kita tarik dari karakter luas atas dasar riset kongkret kita --kita pasti akan membuat sumbangan bernilai bagi Marxisme-Leninisme, demi kemanusiaan.
Dengan bereaksi menentang manusia abad ke sembilan belas kita masuk ke dalam dekadensi abad ke dua puluh; itu bukanlah kesalahan telak, namun kita harus mengikisnya agar kita tidak terperosok ke dalam revisionisme.
Penumpukan terus berkembang; ide baru memperoleh momentum bagus di dalam masyarakat. Peluang-peluang material bagi perkembangan kesatuan seluruh anggota masyarakat membuat tugas membuahkan lebih banyak buahnya. Masa kini adalah masa perjuangan; masa depan merupakan milik kita.
Ringkasannya, kesalahan kebanyakan artis dan intelektual kita terletak dalam dosa asal mereka: mereka bukan revolusioner sejati. Kita bisa saja menggosok-gosok pohon elm hingga menghasilkan pohon pears, namun pada saat yang sama kita musti menanam pohon pear. Generasi baru akan lahir terbebas dari dosa asal. Kemungkinan-kemungkinan bahwa seniman-seniman besar akan muncul harus lebih besar lagi hingga ke tingkat dimana bidang kebudayaan dan kemungkinan-kemungkinan untuk ekspresi diperluas.
Tugas kita adalah menjaga generasi sekarang, diguncang oleh konflik-konfliknya, dari kemurtadan dan dari pembelotan generasi baru. kita tidak hendak menciptakan hamba-hamba pikiran resmi yang dungu, atau 'siswa-siswa bea-siswa' yanq hidup atas beaya negara --mempraktekkan " kebebasan" yang mengekor saja. Kaum revolusioner masa depan akan menyanyikan lagu manusia baru dengan suara murni dari rakyat. Ini merupakan proses yang membutuhkan waktu.
Dalam masyarakat kami, kaum-muda dan Partai memainkan peran besar.
Kaum muda penting karena ia merupakan tanah liat yang lentur dan mudah dibentuk-dari mana manusia baru dapat dibangun tanpa ada bekas-bekas lama. Kaum muda dapat dibentuk sesuai dengan aspirasi-aspirasi kami. Pendidikan mereka setiap hari semakin lengkap, dan kami tidak mengabaikan integrasi kami ke dalam kerja sejak awal. Mahasiswa-mahasiswa beasiswa kami melakukan kerja fisik selama musim libur mereka atau selama waktu belajar mereka. Dalam beberapa kasus kerja merupakan hadiah, cara pendidikan lain, namun ia tidak pernah merupakan hukuman. Sebuah generasi baru sedang dilahirkan.
Partai merupakan organisasi pelopor. la terdiri dari buruh buruh yang terbaik, yang pengajuan keanggotaannya dilakukan oleh kawan-kawan sekerjanya. Partai adalah golongan minoritas, namun memiliki otoritas yang besar karena kualitas kadernya. Aspirasi kami adalah bahwa partai menjadi sebuah partai massa, namun hanya ada saat massa telah mencapai tingkat pelopor. Yakni, ketika massa terdidik bagi komunisme.
Kerja kami secara konstan bertujuan pada pendidikan ini. Partai merupakan contoh hidup; kader-kadernya harus diajari kerja keras dan berani berkorban. Melalui tindakan mereka, mereka harus mengarahkan massa untuk melengkapi tugas-tugas revolusioner, dan ini mencakup tahun-tahun perjuangan keras melawan kesulitan-kesulitan pembangunan, musuh-musuh kelas, penyakit-penyakit masa lampau, imperialisme...
Sekarang, saya hendak menjelaskan peranan yang dimainkan oleh individu, oleh manusia sebagai individu di dalam massa yang membuat sejarah. Ini adalah pengalaman kami; ini bukanlah resep.
Fidel memberikan impuls-impuls revolusi di tahun-tahun pertama, dan juga kepemimpinannya. Ia selalu mengatur nadanya. Selain itu terdapat sekelompok kaum revolusioner yang tumbuh di atas jalan yang sama sebagai pimpinan pusat. Dan ada massa besar yang mengikuti pemimpinnya, karena yakin terhadap pemimpinnya.
Massa memiliki kepercayaan kepada pemimpinnya karena pemimpin itu mengetahui bagaimana menginterpretasikan aspirasi massa.
Tak jadi soal, berapa kilogram makanan yang seseorang harus makan, ataupun berapa kali dalam satu tahun seseorang pergi ke pantai, atau berapa banyak barang-barang bagus dari luar negeri yang bisa kau beli dengan uang yang kau peroleh dari gajimu saat ini; Persoalannya adalah membuat individu merasa lebih komplet, dengan kesempurnaan internal dan tanggung jawab yang lebih besar.
Individu di negeri kami mengetahui bahwa saat-saat mulia yang terjadi dalam hidupnya adalah saat pengorbanan; kami akrab dengan pengorbanan. Mereka yang pertama kali akrab dengan pengorbanan adalah para pejuang di Sierra Maestra dan selanjutnya juga di tempat-tempat lainnya, barulah setelah itu seluruh Kuba mengetahuinya. Kuba merupakan pelopor Amerika Latin dan harus membuat pengorbanan karena ia menduduki posisi garda terdepan, karena ia mengajarkan pada massa Amerika Latin jalan menuju kebebasan penuh.
Di dalam negeri, kepemimpinan menjalankan peran pelopornya. Dan harus dikatakan di sini dengan setulus-tulusnya bahwa dalam sebuah revolusi riil, dimana seseorang memberikan seluruh miliknya dan dari mana seseorang tidak mengharapkan hadiah materi darinya, tugas dari revolusioner pelopor adalah indah dan sekaligus penuh penderitaan.
Dengan resiko nampak sebagai hal yang ganjil, ijinkanlah saya mengatakan bahwa revolusioner sejati senantiasa dibimbing oleh perasaan kecintaan yang dalam. Adalah mustahil membayangkan seorang revolusioner sejati yang tidak memiliki kualitas ini. Agaknya inilah drama terbesar dari seorang pemimpin yang harus menggabungkan semangat yang menyala-nyala dengan intelegensi dingin dan membuat keputusan-keputusan yang berat dan menyakitkan tanpa menghindarinya. K kaum pelopor revolusioner kami harus membuat ideal kecintaan pada rakyat ini, pada sebab-sebab pengorbanan, membuatnya satu dan tak bisa ditawar-tawar lagi. Mereka tidak bisa kurang dari persyaratan itu, yaitu dengan kadar kecintaan yang dangkal, setingkat mana manusia biasa menempatkan cintanya ke dalam prakteknya.
Pemimpin revolusi memiliki anak-anak yang baru mulai bisa bicara, yang tidak belajar memanggil ayahnya dengan nama; mereka memiliki istri atau suami yang merupakan bagian dari pengorbanan hidupnya dalam rangka memilih revolusi sebagai takdirnya; Lingkaran kawan-kawannya secara ketat dibatasi pada lingkaran kawan-kawan revolusi. Tidak ada kehidupan lain di luar itu.
Dalam keadaan seperti ini seseorang harus memiliki kadar kemanusiaan yang tinggi, kadar rasa keadilan dan kebenaran yang tinggi agar tidak jatuh ke dalam dogmatisme ekstrem, ke dalam cara pandang sekolahan yang dingin, keterasingan dari massa. Kita harus berusaha secara gigih sedemikian rupa setiap hari sehingga cinta kemanusiaan kita ditransformasikan ke dalam tingkah laku nyata, ke dalam tindakan yang menunjukkan contoh-contoh, sebagai kekuatan penggerak.
Revolusioner, kekuatan motor ideologis dari revolusi di dalam partai kita, dijejali oleh tugas-tugas yang tanpa henti-hentinya muncul dan hanya berakhir dengan kematian, terkecuali jika pembangunan sosialisme skala dunia telah rampung. Bila semangat revolusioner telah tumpul pada saat tugas-tugas yang amat mendesak harus dirampungkan di skala lokal dan ia mengabaikan tentang internasionalisme proletariat, maka revolusi sebagai kekuatan pendorong akan menjadi mandeg dan terperosok ke dalam keloyoan dimana imperialisme, musuh kita yang tak bisa ditawar-tawar lagi, akan memanfaatkannya guna memperoleh pijakannya. Internasionalisme proletariat merupakan sebuah kewajiban, namun ia juga merupakan kebutuhan revolusioner. Beginilah cara kami mendidik rakyat kami.
Tentu saja ada bahaya di dalam situasi sekarang ini, dimana bukan hanya berupa dogmatisme, bukan hanya mengendurnya ikatan dengan massa, di tengah-tengah tugas berat. Bahaya yang lain adalah kelemahan yang ada pada diri kami sendiri. Seandainya seseorang berpikir hendak mengabdikan keseluruhan hidupnya bagi revolusi maka ini berarti bahwa ia tidak akan terganggu oleh kekhawatiran seperti anak-anaknya akan kekurangan atau kehilangan sesuatu, bahwa sepatu anaknya telah usang dan robek dan harus segera diganti, bahwa keluarganya kekurangan dan butuh akan barang-barang tertentu, dimana demi memenuhi kekurangan-kekurangan itu ia menyediakan dirinya dimasuki oleh kuman-kuman tindak korupsi.
Dalam hal seperti itu kami, sebagai revolusioner pelopor, harus memandang bahwa anak-anak kami harus dibiasakan dan diajak untuk tidak memiliki sesuatu barang jika anak-anak dari rakyat umumnyapun tidak memiliki barang seperti itu, dan keluarga kita harus memahami hal ini dan hidup dengan cara seperti ini. Revolusi tercipta melalui manusia, namun manusia harus mengasah semangat revolusionernya hari demi hari.
Beginilah cara kami melangkah. Di ujung tiang pokok –kita tak perlu malu atau takut menyatakannya-- adalah Fidel Castro. Di belakangnya adalah kader-kader partai terbaik, dan di belakang mereka, sedemikian dekatnya mereka sehingga kita bisa merasakan kekuatan dahsyatnya, muncullah rakyat dengan keseluruhannya, sebuah struktur yang kukuh dari individu-individu yang bergerak menuju tujuan sama, individu-individu yang memperoleh kesadaran tentang apa yang harus dilakukan, manusia yang berjuang untuk menghindar dari kenyataan keterpaksaan dan memasuki kebebasan.
Kumpulan manusia (great throng) yang begitu besar ini mengorganisasi dirinya; organisasinya merupakan hasil dari kesadarannya terhadap perlunya organisasi itu. Ia bukan lagi merupakan kekuatan yang terpecah-pecah, terbagi-bagi ke dalam ratusan gumpalan yang terlempar ke udara bak pecahan granat, yang mencoba segala macam cara untuk mencapai perlindungan dari sebuah masa depan tak jelas, dalam sebuah pertarungan sengit dengan kawan-kawannya sendiri.
Kita mengetahui bahwa pengorbanan ada dihadapan kita dan kita harus membayar sebuah harga demi fakta heroik dimana kita? sebagai sebuah bangsa, merupakan pelopor kita, sebagai pemimpin, mengetahui beaya yang harus kita bayar demi hak untuk menyatakan bahwa kita adalah pemimpin rakyat yang pemimpin benua Amerika Latin. Masing-masing dari kita harus membayar secara penuh jatah pengorbanan kita, makhluk yang memiliki kesadaran bahwa hadiah yang kita terima tak lain merupakan kepuasan bila mampu memenuhi kewajiban, kesadaran maju bersama dengan setiap orang menuju manusia baru yang nampak di cakrawala.
Ijinkanlah saya menarik beberapa kesimpulan: Kami kaum sosialis, lebih bebas karena kami lebih lengkap, kami lebih lengkap karena kami lebih bebas. Kerangka kebebasan menyeluruh kami telah terbentuk. Daging dan bajunya masih belum ada, kita akan menciptakannya. Kebebasan kami dan topangannya sehari-hari kami bayar dengan darah dan pengorbanan kami. Pengorbanan kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun. Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami. Kami akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru dengan teknologi baru. Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur. Untuk membersihkan jalan dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
Basis sasaran (basic clay)dari pekerjaan kami adalah pemuda. Kami menempatkan harapan kami pada mereka dan mempersiapkan mereka mengambil panji-panji dari tangan kami.
Jika surat yang penuh kekurangan ini (inarticulate letter) menjelaskan sesuatu berarti dia menunjukkan obyektivitas yang mendasarinya.
Aku tutup dengan salam kita--sebagaimana kebiasaan jabat tangan atau satu "Ave Maria Purissima"--Tanah Air atau Mati!

Selasa, 10 April 2007

PARADIGMA "ISLAM KIRI"

oleh: Hassan Hanafi
Al-Yasar al-Islami ("Islam Kiri") adalah penerus al-'Urwah al-Wutsqa danal-Manar. Tujuan utamanya, menyajikan tulisan-tulisan keislaman seperti dipahami al-Afghani, tulisan-tulisan sekitar perjuangan menentang kolonialisme dan keterbelakangan, yang menyerukan kebebasan dan keadilan sosial, penyatuan kaum Muslim dalam blok geografis Islam di mana pun.
Al-'Urwah al-Wutsqa diperuntukkan bagi kaum intelektual, bukan massa Muslim,dan menyerukan solidaritas keagamaan yang mendalam. Padahal,masyarakat kita terbagi ke dalam dua kelompok: penguasa dan yang dikuasai. Ini tragedi.
"Islam Kiri" diperuntukkan bagi kelompok yang dikuasai dan diharapkan akan menciptakan persamaan dengan merebut hak-hak mereka dari kelompok yang berkuasa. The New Minaret bisa juga dipilih sebagai nama jurnal ini.
Tapi hanya kelompok reformis yang akrab dengan nama ini. Semangat revolusioner yang dibawa al-Afgani hilang dalam Minaret (al-Manar) lama. Nama-nama lain juga dapat dipilih: Kemunculan Islam, Kebangkitan Islam, Persoalan-Persoalan Islam, Islam Kontemporer, Petunjuk, dan lain-lain. Tapi nama-nama itu tidak dapat menjelaskan apa yang hendak dilakaukan "Islam Kiri". Nama Kemajuan Islam dan Gerakan Islam jelas mengandung dimensi revolusi, tapi hanya menekankan aspek ideologis. Walaupun revolusi keyakinan atau syari'ah tidak banyak mengandung konsep-konsep yang terkandung dalam ide revolusi Barat, dan walaupun ia sesuai dengan tujuan penyatuan bangsa dengan jalan Islam dan revolusi, ia tidak bicara tentang akal dan tidak dibatasi oleh intelek.
Nama "Islam Kiri" dipilih secara spontan. Kiri dalam ilmu politik berarti perlawanan dan kritisisme. Ia juga masuk ke dalam terminologi ilmu tentang manusia. Ia merupakan terminologi akademis. Juga, nama "Islam Kiri" sesuai dengan realitas kaum Muslim yang terbagi ke dalam dua kelompok. Dan "Islam Kiri" memihak pada kelompok yang dikuasai, tertindas, miskin dan tersingkir. Maka "Islam Kiri" menyajikan "Kiri" dalam konotasinya yang akademis.
Argumen yang menentang ide "Islam Kiri" mungkin datang dari "Saudara-saudara se-iman" (Brothers in Goa) Mereka akan mengatakan: "Tidak ada Kanan atau pun Kiri dalam Islam." Pandangan ini mengacu pada prinsip, bukan pada realitas kaum Muslim sebagai masyarakat, negara, dan kelas. Kita tidak bicara tentang Islam, tapi tentang kaum Muslim dalam realitas sejarah dan sistem sosial tertentu. Sepanjang kita terlibat dalam sejarah, kita ada dan terlibat dalam pertentangan antara kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan kepentingan.
Kiri dan Kanan ada pada tingkat sosial dan historis itu. Dalam tradisi intelektual Islam, memilih mengikuti Kiri atau Kanan ditentukan oleh pengetahuan tentang ilmu pengetahuan (filsafat ilmu): Mu'tazilah adalah Kiri, Asy'ariyah adalah Kanan dalam teolog, Islam intelektual natural seperti yang dikemukakan Ibn Rusyd adalah Kiri, filsafat iluminasi seperti yang anut al-Farabi dan Ibn Sina adalah Kanan; mazhab hukum Islam Maliki yang bersandar pada kesejahteraan adalah Kiri, mazhab Hanafi adalah Kanan. Tafsir dengan 'aql adalah Kiri, sedangkan dengan naql adalah Kanan. Dalam sejarah politik, Ali dan Husein adalah Kiri, keluarga Mu'awiyah dan Yazid adalah Kanan. Para propagandis yang ingin mempertahankan kelangsungan pengusa politik, ekonomi, dan realitas sistem kelas akan mengatakan bahwa "Islam Kiri" merupakan permainan yang akan memecah-belah umat dan mengarah pada pemihakan pada satu kelompok. Di sini Kiri dipandang sebagai pengingkaran terhadap agama, ateis, dan pemecah-belah. Ini salah satu dari sisa-sisa budaya penguasa kolonial yang menjinakkan kaum Muslim agar mereka tidak mendekati liberalisme, demokrasi, dan perjuangan, termasuk ide-ide Kiri. Kiri di sini adalah keamanan yang membuat gerakan massa dan gerakan sosial aman, dan ia menyerukan dihentikannya eksploitasi massa oleh kekuatan dari luar, dan menyerukan pembebasan dari penguasa kolonial. Menjelaskan pengertian "Islam Kiri" ini penting untuk melindungi budaya nasional kita. Dalam sejarah, banyak gerakan pemikiran dikaitkan dengan nama tertentu, dan suatu pemikiran terkait erat dengan nama itu.
Kita membutuhkan slogan, dan dapat mengambilnya dari sebuah ayat al-Qur'an yang sangat memihak pada massa Muslim. Beberapa di antaranya menjadi slogan Revolusi Islam di Iran. Kita membutuhkan slogan yang mampu menggugah perasaan kita, bahwa masyarakat Islam kita telah bergeser dan berubah menjadi saudara kolonialisme dan keterbelakangan. Dulu kita pernah menjadi pencipta peradaban dan guru umat manusia. Tapi sekarang pikiran kita ditekan rata dengan bumi. Karena itu kita memilih ayat ini: "Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di muka bumi, dan hendak menjadikan mereka pernimpin dan menjadikan mereka yang mewarisi bumi." (QS. 28:5).
Penindasan di bumi adalah penggerak revolusi kita. Mewarisi bumi dan pemimpin umat manusia adalah harapan dan cita-cita kita.
Akal dan Waktu
"Islam Kiri" muncul atas dasar telaah terhadap sejumlah program modernisasi dalam masyarakat kita. Pertama, modernisasi cenderung terkait dengan kekuasaan yang mentransformasikan Islam ke dalam ritus keagamaan yang menekankan akhirat, dan sebaliknya, realitas Islam bertentangan dengan sistem Islam. "Islam ritualistik" tidak lain daripada selubung yang menyatukan kaum Westernis, feodalis dan kapitalis kesukuan. Karena pandangan ilahiah dan konsep pusat-piramidal alam tunduk pada kecenderungan-kecenderungan ini, maka pandangan humanistik, konsep sejarah dan gerakan sosial hilang. Kedua, kecenderungan-kecenderungan liberal yang dominan sebelum revolusi Arab secara kultural berasal dari Barat, walaupun mereka menganggap imperialisme sebagai musuh. Maka kita merasakan apa yang dikenal sebagai Westernisasi budaya, dan kita menjadi korban kepentingan dan monopoli ekonomi. Ketiga, kecenderungan-kecenderungan Marxis-Barat ingin membangun suatu kemapanan yang menentang imperialisme. Tapi mereka tidak bisa mengembangkan khazanah keislaman kita. Bahkan ada tanda-tanda yang menunjukkan, ia berlawanan dengan massa Muslim. Yang paling penting dari gejala- gejala ini adalah tetap berkuasanya status quo. Keempat, ada gejala-gejala revolusi-nasional yang menimbulkan perubahan mendasar dalam struktur sosial-budaya kita, namun tidak melibatkan kesadaran massa Muslim.
Munculnya "Islam Kiri" adalah untuk merealisasikan tujuan revolusi nasional dan prinsip-prinsip revolusi sosialis yang bersandar pada kesadaran masyarakat Muslim dan khazanah komunitas Islam secara keseluruhan. "Islam Kiri" juga sangat dipengaruh Revolusi Islam Iran, yang mengejutkan seluruh dunia. Revolusi ini nampaknya menjadi model revolusi lain, selain revolusi Perancis dan revolusi kaum Bolshevik (Rusia). Ia menjadi model bagi revolusi orang-orang yang beriman. "Islam Kiri" juga mempunyai akar-akarnya dalam gerakan-gerakan Islam di Asia dan revolusi Aliazair, di mana Islam semakin kuat sebagai tradisi nasional untuk menggerakkan masyarakat Muslim. "Islam Kiri" adalah pejuang baru bagi Islam dan benteng yang kokoh bagi kaum Muslim. Ia berjuang melawan serangan gencar kolonialisme, yang berusaha menghancurkan revolusi kaum Muslim. Tapi "Islam Kiri" menghancurkan mereka sebelum mereka melumpuhkan Islam. Sekarang, revolusi Islam hadir sebagai revolusi yang paling mengancam super power. Kaum Muslim di Rusia, Cina, dan Asia Tenggara sekarang bergerak. Ketika kolonialisme merasakan kekuatan revolusi Islam, ia berusaha mendekati revolusi ini. Tapi pemimpin gereja di Asia Tenggara menyerukan agar menghormati kaum Muslim dan mendukung revolusi. Revolusi ini akan menjadi kekuatan nyata yang melawan super power.
"Islam Kiri" adalah ideologi revolusi kaum Muslim.
"Islam Kiri" juga merupakan tahap lain dalam perkembangan reformasi keagamaan kita yang telah kita mulai kira-kira 200 tahun lalu. Ini bukan hanya kekuatan pada tingkat konfrontasi melawan bahaya-bahaya abad ini, tapi juga pada tingkat rekonstruksi pemikiran keagamaan reformis. Di sini pemikiran keagamaan kembali dibentuk, sejak filsafat Ibn Rusyd, teologi Mu'tazilah, landasan hukum Islam Syathibi, sejarah Ibn Khaldun, dan hukum Islam Ibn Taymiyah. Kita telah mengambil jarak dari Asy'ariyah, yang bergandengan dengan sufisme, yang menjadi dasar pandangan dunia kita selama ini, basis kekuatan yang melestarikan penguasa, perilaku fatalistik pada sebagian kaum Muslim, yang hanya menunggu bantuan dan insiprasi dari langit, yang mengabaikan kemampuan manusia untuk menentukan tindakannya sendiri.
Kita mendekati Mu'tazilah yang oleh Muhammad Abduh dihadirkan sebagai kekuatan akal untuk mengetahui dan bertindak. Manusia menjadi makhluk yang mampu berpikir dengan akalnya, dan mampu bertindak sesuai dengan kehendaknya. Kita mengikuti upaya-upaya al-Kawakibi yang merintis penyelidikan hakikat despotisme untuk membebaskan kaum Muslim. Kita juga mengikuti usaha Muhammad Iqbal yang mencoba menyelidik esensi agar setiap Muslim mampu menjadi manusia yang merdeka, mengeritik peradaban Barat, dan mencoba menanggulangi kehidupan dan aktivitas kaum Muslim demi tauhid. Iqbal mengatakan dalam syairnya:
Tauhid pernah menjadi kekuatan hidup di bumi
Ia kemudian menjadi teologi skolastik
Kebodohan kita sekarang, situasi kita Membuat tauhid bodoh dalam realitas
O, jendral! Kau lihat sarung pedang
Yang menjadi Tuhan pedang
Syeikh tidak tahu bahwa tauhid dipikirkan
Lalu pembicaraan bodoh tanpa tindakkan
O, Imam yang mengikat bagaimana kau mengetahui
Apa esensi pemimpin umat manusia
"Islam Kiri" juga punya akar dalam karya pemikir Islam revolusioner, Ali Syari'ati, dan pemikir yang menggerakkan revolusi Islam Iran yang agung, Imam Khomeini. Ia juga terkait dengan gerakan-gerakan yang bermacam-macam di Libya, Sudan, Aljazair, Maroko, dan gerakan-gerakan di bawah pimpinan Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, dll. "Islam Kiri" menggalang revolusi melawan imperialisme dan keterbelakangan. Ia membangkitkan gerakan-gerakan Islam revolusioner sekarang, dan merumuskan teorinya.
"Islam Kiri" terlibat di zaman ini, dan mengupayakan transformasi kaum Muslim dari keterbelakangan ke kemajuan, dari kolonialisme ke pembebasan, dari penyalahgunaan ke kekuasaan masyarakat Muslim yangs sejahtera, dari feodalisme suku dan kapitalisme kelas menengah ke sosialisme masyarakat Muslim, ummah, dan dari penguasaan ke kebebasan dan demokrasi. Ini merupakan partisipasi dalam gerakan sejarah kaum Muslim setelah Revolusi Islam di Iran, dan bertugas merebut hak-hak dan kekayaan kaum Muslim agar dikuasainya. Kalau kaum Muslim memenangkan revolusi dan merebut kekayaan mereka, mereka akan menguasai dunia. Pada waktu itu Tuhan akan menjadikan mereka pemimpin dan ahli waris dunia. Akan ada pembaru pada abad ke-15 H., seperti yang diungkapkan Hadits: "Tuhan mengutus seorang manusia yang memperbarui agama sebap awal abad."
Menghidupkan Kembali Khazanah Klasik
Khazanah kita mengandung tiga macam ilmu: ilmu-ilmu rasional-tradisional seperti dasar-dasar agama, yakni ushul al-fiqh, filsafat dan sufisme; ilmu-ilmu rasional seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, kedokteran dan farmasi; ilmu-ilmu tradisional seperti ilmu al-Qur'an, ilmu Hadits, sirah (biografi nabi), fiqih, dan tafsir. "Islam Kiri" mengambil, menghidupkan dan mengembangkan kembali bagian yang revolusioner dari ilmu-ilmu ini. "Islam Kiri" sejalan dengan Mu'tazilah yang menghadirkan revolusi akal, dunia alam, dan kebebasan manusia. Ia menjelaskan bahwa tauhid lebih dekat ke prinsip-prinsip pemikiran murni ketimbang kehidupan yang terbatas; tanzih (transendensi) dipandang lebih mengungkapkan hakikat akal daripada tasybih (antropomorfisme); tauhid antara esensi dan sifat dipandang lebih dekat pada keadilan daripada perbedaan antara keduanya; individu dipandang punya kebebasan bertanggungjawab, pemilik tindakannya; akal diyakini mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dua sifat dalam perbuatan manusia; dunia dipandang bergerak menuju suatu tujuan sesuai dengan hukum dunia yang paling mungkin; iman dipandang terkait dengan tindakkan; pemimpin kaum Muslim harus dipilih; dan menyuruh pada kebaikan dan menjauhi kemungkaran adalah kewajiban kaum Muslim. "Islam Kiri" menerima lima prinsip Mu'tazilah, dan berusaha menghidupkan kembali warisan Mu'tazilah. Dengan demikian "Islam Kiri" mengikuti Mu'tazilah sejak al-Ghazali menyerang ilmu-ilmu rasional dan mengunggulkan sufisme, serta mengaitkan Asy'ariyah dengan sufisme. Kita menerima Mu'tazilah yang menyerukan rasionalisme dan kebebasan, supermasi demokrasi dan alam. Kita juga menerima prinsip Khawarij, yang meyakini bahwa perbuatan merupakan cermin iman, dan karena itu menuntut agar kaum Muslim bertindak. Kita juga menerima Syi'ah, tapi dengan semangat baru, yang --setelah mewujudkan Revolusi Islam yang Agung di Iran-- mengurangi jarak antara Sunni dan Syi'ah dengan mencampakkan kredo bid'ah lama dalam Syi'ah. Asy'ariah bertanggungjawab atas keadaan kita selama sembilan abad. Ia membuat pemikiran keagamaan kita menjadi berat sebelah seperti ditunjukkan penguasa politik. Setiap upaya yang menyimpang dari pemikiran Asy'ariyah dianggap perlawanan terhadap kemapanan, murtad dan penghianatan. "Islam Kiri" juga punya hubungan dengan pengikut naturalisme seperti al-Jahiz, al-Nizham, dll. Mereka menyerukan agar kita kembali ke alam, mengakui hukum alam, dan memandang sifat-sifat alam sebagai tidak terpisah dari esensinya. Selama kita menolak alam, kita sebenarnya menunggu keajaiban atau mukjizat, kita mencari sesuatu yang luar biasa. "Islam Kiri" secara fundamental mengikuti Mu'tazilah, bukan campuran Mu'tazilah dan Asy'ariyah.
Dalam filsafat hukum Islam, "Islam Kiri" bukanlah aliran baru. Ia tetap bersandar pada aliran pemikiran fiqh klasik, namun secara selektif. "Islam Kiri" tidak mengikuti mazhab Hanafi, Syafi'i, atau Hambali. Walaupun ia tidak mendeskriminasikan mazhab-mazhab fqih antara yang satu dengan yang lainnya, ia menyerukan agar kaum Muslim menghidupkan kembali landasan Islam klasik.
Karena pendahulu kita melakukan ijtihad, kita pun melakukannya. Mereka manusia, seperti kita. Apa yang kita pertahankan adalah prinsip kesejahteraan kaum Muslim sesuai dengan yang dianut mazhab Maliki. Kita menerima pentingnya peran akal seperti dalam fiqih yang dikembangkan Abu Hanifah. Kita menerima kesatuan akal dan realitas seperti dalam fiqih yang dikembangkan mazhab Syafi'i. Kita juga mengikuti prinsip perlunya kembali pada sumber pertama seperti ditekankan Ahmad ibn Hambal, di mana kita menemukan spontanitas akal dan suatu pandangan tentang realitas dalam teks.
Tugas "Islam Kiri" adalah merekonstruksi semua teori hukum tradisional itu. Ijma' masing-masing zaman hanya berlaku bagi zaman itu. Ijtihad terbuka bagi setiap zaman. Kalau kita memandang hukum lebih penting dari realitas dalam memutuskan persoalan, itu berarti kita tidak menilai atas dasar kemaslahatan (kesejahteraan). Kemaslahatan adalah landasan ketiga hukum Islam. Kita melakukan ijtihad. Ini landasan keempat. Landasan pertamanya alQur'an:
"Inilah Kitab Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar." (QS. 45:29).
Sedangkan Sunnah adalah landasan kedua. Dalam filsafat, "Islam Kiri" mengikuti jalan Ibn Rusyd karena ia tidak menundukkan akal pada iluminasi, ian tidak menyerahkan kehendak hukum alam pada kekuatan-kekuatan dari luar alam. Filsafat klasik yang rasional ang mengabdi pada kesejahteraan manusia dimulai al-Kindi. Kemudian, kecenderungan-kecenederungan alamiah dan rasional muncul. Ini landasan rekonstruksi masyarakat. Sayangnya, filsafat ini telah menjadi iluminasi utopis, di mana akal dianggap perlu memperoleh bantuan dari langit untuk melahirkan pengetahuan praktis. Dunia xemudian dipandang terdiri dari dua bagian: dunia langit dan dunia yang berada di bawahnya. Yang pertama otoritatif terhadap yang kedua. Manusia juga dibagi dua: tubuh sementara yang terkait dengan alam, dan roh abadi yang terkait dengan hal yang Ilahi.
Penyatuan manusia dengan demikian kehilangan makrianya di dunia. Padahal, masalah kita adalah penyakit, perumahan, makanan, dll. Semua ini datang dari tubuh yang sementara. Di pihak lain, kemelempeman, kesenangan, dll., dipandang datang dari roh yang abadi. Kebajikan teoretis menjadi lebih tinggi nilainya dibandingkan kebajikan praktis, dan kontemplasi menjadi lebih bernilai dari pada aktivitas dan produksi. Karena sufisme Ibn Sina dan al-Farabi, filsafat kehilangan dirinya. Karena itu Ibn Rusyd muncul. Ia merestorasi posisi akal pada akal, dan independensi alam pada alam. Ia menyerang ilmu-ilmu Asy'ariyah dan ilmu-ilmu sufi. Tapi kemunculan Ibn Rusyd hanya sebentar. Kesadaran peradaban kita tetap berat sebelah dan ditekan ke dalam satu pola. Kita masih menyerang ibn Rusyd sebagai orang yang tidak beriman. Di sini "Islam Kiri" menegaskan keterkaitannya dengan jalan rasional dalam filsafat Islam yang dimulai al-Kindi dan diikuti oleh Ibn Rusyd.
"Islam Kiri" menolak sufisme dan memandangnya sebagai musuh. Karena, salah satu penyebab Kemunduran kaum Muslim adalah pemujaan para sufi. Masalah ini telah ditelaah oleh Ibn Taimiyah, al-Kawakibi, dan Imam Khomeini. Sufisme lahir sebagai gerakan negatif menentang kemewahan, nafsu kekuasaan dan perjuangan dunia ini. Ketika dinasti Umayyah stabil, orang-orang saleh mengabaikan dunia ini. Mereka mencoba menyelamatkan roh, menjaga kcmurnian batin. Islam mereka ditransformasi dari gerakan horisontal dalam sejarah ke suatu gerakan vertikal di luar dunia, menjadi tujuan di luar sejarah, meskipun mereka berada dalam sejarah. Islam menjadi suatu kebenaran menurut pengikut kredo itu, walaupun syari'ah diimplementasikan oleh semua Muslim.
Jalan sufisme dibagi ke dalam tiga tahap: (1) memandang alam secara negatif dengan menahanan nafsu dan keinginan; (2) tahap di mana perjuangan lahir mentransformasi perjuangan batin, membuat individu berada di antara dua keadaan seperti kecemasan dan harapan, kesadaran dan ketidaksadaran, tiada dan ada; dan (3) peleburaan diri dan kesatuan dengan Tuhan melalui fantasi dan ilusi. Inilah titik puncak jalan sufisme. Sampai di sini, para sufi berperilaku seolah-olah kemenangan telah diraih, keadaan Islami telah terbentuk. Padahal, dunia belum berubah. Keadaan kita sekarang sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan para sugi. Keselamatan roh tanpa keselamatan dunia adalah kegagalan dan pelarian. Karena itu kaum Muslim sekarang terlibat dalam gerakan sejarah bagi perjuangan rakyat. Kita menderita karena nafsu, takut dan kelaparan. Sabar menyebabkan kita diam dalam sega-galanya, dan keyakinan menyebabkan kita mengabaikan rencana-rencana dan persiapan-persiapan masa depan. Karena peleburan diri (fana) dan kesatuan dengan Tuhan, kita dibawa ke alam fantasi. Kita hidup dalam dunia harapan dan mimpi, dan mengkhayalkan seolah-olah kita semua sungguh-sungguh masyarakat terbaik di bumi. Padahal kenyataannya bertolak belakang. Kita tidak menyuruh mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk untuk menjadi masyarakat terbaik. Kita adalah masyarakat yang tanahnya dimiliki oleh orang-orang asing, dan kekayaan masyarakat kita dirampas raja-raja dan para pemimpin. Peleburan diri adalah pemusnahan ke titik pengorbanan diri, dan sekarang hampir merupakan tindakan sia-sia. Padahal, bersatu dengan Tuhan adalah menerima syari'ah Tuhan, hukum Tuhan, dan transformasi wahyu ke dalam sistem demi dunia dengan aksi dan usaha keras, dan dengan gerakan masyarakat Muslim dalam sejarah.
"Islam Kiri" juga menemukan sumbernya dalam ilmu-ilmu rasional murni dari khazanah klasik kita. Ilmu-ilmu ini lahir karena akal, transendensi mampu mendorong akal ke yang tidak terbatas. Pendahulu kita mampu menemukan banyak teori akademis dalam pisika, kimia, kedokteran, dll., berkat penghargaan terhadap alam dan kontinuitas hukum-hukumnya. "Islam Kiri" ingin mentransfernya ke suatu tahap agar kita tidak tetap budak penemuan-penemuan bangsa-bangsa lain. Ilmu harus bekerja atas dasar akal dan pengamatan terhadap alam, bukan mentransformasi hasil ilmu dan penerapan hukum-hukumnya dari situasi ke situasi yang lain. "Islam Kiri" berakar dalam keyakinan dan ide ilmu-ilmu manusia yang ditemukan pendahulu kita. Tapi kita masih mengulang apa yang dikatakan para pendahulu kita, tanpa mengetahui landasan dan struktur teoretis ilmu-ilmu itu. Kalau kita mencoba mempelajari tahap-tahap sejarah, maka kita akan menciptakan suatu hukum sejarah baru yang berbeda dari yang dikemukakan Ibn Khaldun --yang menggambarkan empat tahap sejarah: lahir, berkembang, matang, dan runtuh. Ibn Khaldun hidup di penghujung revolusi pertama bangsa-bangsa Islam. Kita hidup di awal revolusi Islam kedua. Tugas kita adalah mentransformasikan reformasi keagamaan ke renaisans peradaban secara menyeluruh, dan mendorong bangsa-bangsa Islam agar menentukan nasib mereka sendiri dan mereka menjadi bagian gerakan sejarah.
"Islam Kiri" juga punya akar dalam ilmu-ilmu tradisional, dan menemukan makna kontemporer di dalamnya. Ia mampu mengembangkan ilmu sejarah, ideologi dan sistem ekonomi politik. Dalam hubungannya dengan ilmu Hadits, "Islam Kiri" lebih memberikan prioritas pada matan dari pada sanad. Kita mampu melampaui pendahulu kita dalam kritik matan, sehingga sesuai dengan akal, spontanitas, kemajuan adat dan pandangan kita. Para pendahulu kita menciptakan kribk lahir, kita mampu menciptakan kribik babn. Pentng bagi kita memberikan prioritas terhadap makna Hadits daripada pribadi rawi-nya; lebih penting bagi kita untuk memberikan prioritas pada sabda Rasul ketimbang pribadinya. Mengenai tafsir, "Islam Kiri" melampaui tafsir historis atas al-Qur'an. Kita mengemukakan tafsir persepsional yang membuat al-Qur'an mendeskripsikan manusia. Hubungan antara manusia terkait dengan manusia lain, dan situasi manusia adalah di dunia. Tafsir persepsional meletakan masyarakat dalam tatanan dan mengkonsolidasi landasan negara. Kita mengikuti tafsir Imam Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur'an. Kita menggabungkan tafsir objektif dengan mengumpulkan semua ayat yang berkaitan dengan satu tema; kemudian mengkonstruksi konsep manusia yang utuh, sistem sosial dan sifat dasar negara bagi dunia menurut Islam. Kita mendapatkan tafsir revolusioner dan mentransformasikan pengetahuan iman ke dalam ideologi revolusioner.
Kita menemukan hubungan antara Tuhan dan tanah dalam ayat-ayat al-Qur'an seperti: "Dialah Tuhan di langit dan di bumi," (OS. 43:84). Dengan landasan ini kita harus membebaskan tanah kaum Muslim atas nama Tuhan dari pendudukan Zionisme yang bersandar pada pandangan keagamaan (Yahudi), di mana manusia dan Tuhan menyatu dalam "tanah yang dijanjikan." Kita menemukan hubungan antara tauhid, kesatuan ummah dan kenabian dalam gerakan sejarah, yakni hubungan antara manusia dan sejarah, revolusi dan tanah, gerakan dan nasib agar tidak ada orang yang menyalahkan kepasifan dan keterbelakangan kita, dan tak ada orang yang membawa peradabannya menjadi peradaban manusia satu-satunya.
Hakim kita bukan hakim tentang menstruasi seperti yang disindir Imam Khomeini. Tapi kita berkepentingan dengan regulasi perdagangan, jihad, perang dan sistem sosial-ekonomi-politik. Kita menginginkan tatanan Islam mengenai masalah itu. Kita ingin menyatakan posisi Islam dalam konfrontasinya dengan kolonialisme, Zionisme, kapitalisme dan keterbelakangan. Selama ini, kita memandang ritual seolah-olah ia tujuan. Maka, kita harus menafsirkan kembali ritus-ritus dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Ikrar bagi kita bukan hanya "tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah." Ikrar adalah kesaksian atas kejadian zaman dan apa yang terjadi di sekitar kita. Ini mendorong ikrar yang aktif. Orang yang mempunyai ikrar yang aktif menjadi saksi mata atas ketidakadilan dan kekuasaan yang menindas. Karena itu, pengakuan "kecuali Allah" dalam kesaksian kita berarti menghancurkan pendindas-penindas di dunia ini.
Ibadah harus membentuk persepsi. Zakat adalah kerjasama antara pemilik dan yang tidak memiliki kekayaan dalam tragedi minoritas yang kaya dan mayoritas yang miskin. Puasa harus menangkap penderitaan, rasa lapar dan haus orang lain. Haji adalah dialog mengenai masalah-masalah yang penting bagi kaum Muslim di seluruh dunia setahun sekali. Kaum Muslim adalah satu seperti halnya Tuhan.
"Islam Kiri" bukanlah manifestasi politik sebagaimana yang dikandung dalam arti kata Kiri. Ia merupakan manifestasi peradaban Islam. Ia menciptakan tempat bagi rasionalisme, alam, kebebasan dan demokrasi dalam khazanah kita, yang semua ini diperlukan bagi zaman kita. "Islam Kiri" menelaah dua dimensi yang hilang dalam khazanah klasik kita, yang menyebabkan krisis dalam kesadaran kontemporer kita, yakni manusia dan sejarah. Kita telah membungkus manusia dan menjauhkannya dalam wujud yang khusus dan hukum yang murni, yang hidup di akhirat, di luar dunia, yang hampa pikiran dan dunia yang kita alami.
Tantangan bagi Peradaban Barat
"Islam Kiri" tampil menentang peradaban Barat, dan berusaha untuk mengggantinya. Al-Afghani memusatkan perhatiannya pada imperialisme militer pada zaman penjajahan. "Islam Kiri" memusatkan perhatiannya pada imperialisme budaya, yakni serangan terhadap kebudayaan kita dari dalam dengan memusnahkan afiliasinya dengan komunitas (ummah) sehingga komunitas menjadi tidak berakar. "Islam Kiri" membela rakyat komunitas Islam, dan menentang westernisasi yang pada dasarnya bertujuan untuk memusnahkan budaya-budaya pribumi untuk menyempurnakan hegemoni budaya Barat. Meskipun rakyat terbelakang dilihat dari standar Barat, mereka masih mempertahankan unsur-unsur kekuatannya dengan standar budaya mereka yang khusus.
Tugas "Islam Kiri" adalah mendefinisikan kuantitas Barat, yakni mengembalikannya ke batas alamiahnya dan mengakhiri mitosnya yang mendunia. Barat berada pada pusat peradaban dunia, dan ingin mengekspor peradabannya kepada bangsa-bangsa lain. Barat menyediakan model pembangunan sebagai alat untuk menguasai dan menghilangkan kekhasan bangsa-bangsa lain. Akibatnya bangsa- bangsa non-Barat tidak mampu menentukan nasib dan menguasai kekayaan mereka sendiri. Walaupun peradaban Barat mengembangkan kebudayaannya dengan mengambil dari kebudayaan bangsa-bangsa lain, ia telah mentransformasikannya ke dalam rasisme. Ini merupakan rasisme yang menjadikan satu-satunya model bagi peradaban. Model yang lain, dengan demikian, dicap terbelakang dan primitif, dan harws dihilangkan agar semua bangsa-bangsa mengikuti model peradaban satu-satunya ini (Barat). Barat mulai membangun peradabannya dari Yunani dengan mengenyampingkan semua peradaban Timur yang mendahului dan mempengaruhi peradaban Yunani. Zaman pertengahan Barat dianggap sebagai zaman kegelapan dan keterbelakangan, tapi merupakan zaman keemasan kita. Barat menyebut lima abad terakhir sebagai zaman modern, dan menganggapnya sebagai puncak peradaban. Zaman modern ini bagi kita merupakan periode stagnasi di mana pasangan Asy'ariyah dan sufisme menguasai kesadaran kita.
Krisis abad ke-20 di Barat bagi kita adalah awal reformasi. Tugas "Islam Kiri" adalah mengembalikan peradaban Barat pada tempat kelahiran, lingkungan dan sejarahnya. Ini untuk menghilangkan hambatan bagi berkembangnya peradaban non-Barat. Dan model-model bagi kemajuan, dengan demikian, bisa menjadi banyak dan berviariasi.
Tugas "Islam Kiri" adalah mendorong peradaban Barat kembali ke Barat; menjadikan Barat sebagai tema studi khusus bagi peradaban non-Barat. Lebih jauh ia akan melahirkan suatu disiplin baru, "Orentalisme", untuk menandingi "Oksidentalisme". Orientalisme sendiri menghadirkan alam pikiran, pandangan dunia dan motivasi Barat yang terselubung ketimbang studi tentang objeknya.
Karena pengaruh para orientalis, kita telah mengabaikan pembela otentisitas kita. Tapi berkat akumulasi peradabannya, peradaban Islam kita dapat diklaim kembali. Ini dapat dipandang sebagai reformasi agama dan kebangkitan akal. Tapi apa yang mereka kaji dalam upaya-upaya humanistik mereka yang khusus bisa jadi Islam.
Studi peradaban Eropa sebagai objek khusus yang berdiri sendiri dapat dilakukan dari dua arah: perkembangannya dan strukturnya. Peradaban Islam adalah pusat melingkarnya ilmu-ilmu. Sementara peradaban Barat bersifat reaksioner dalam arti bahwa ia tertarik dengan ilmu-ilmu yang membentuk reaksi terhadap dan menolak pusatnya.
Kesadaran Barat dibentuk oleh dua sumber: Yunani-Romawi dan Yahudi-Kristen. Di samping itu ada sumber ketiga, yakni lingkungan Eropa yang geografis, manusiawi, dan beradab, yang mencakup kebiasaan, tradisi, hal-hal geografis dan yang secara keagamaan ada dalam bangsa dan tanah itu. Tugas kita adalah me!akukan studi atas sumber-sumber peradaban Timur seperti india, Cina, Persia, dan Mesir, subjek-subjek yang asal-usulnya disembunyikan Barat.
Memasuki perdebatan soal sumber-sumber atau asal-usul berarti menyajikan hakikat akumulasi peradaban pada kelahiran kesadaran Eropa di Romawi dan Yunani. Mengenai asal-usul Yahudi-Kristen, esensi agama Kristen dalam Injil dihapus, juga dalam Yahudi Ortodoks. Dengan demikian, karena sifat dasar bangsa-bangsa Eropa yang barbar, dan karena mereka lebih dekat dengan Romawi yang materialistik ketimbang Yunani yang rasional, maka asal-usul Yunani peradaban Eropa adalah Ortodoksi Romawi. Rasisme Yahudi secara historis telah merasuk ke dalam kesadaran Eropa. Dari sanalah rasisme peradaban dipersubur. Alkitab, dengan dua Perjanjiannya (Lama dan Baru), menjadi sumber kesadaran Eropa-Yahudi dan Kristen-Eropa. Unsur- unsur dari dua kesadaran itu telah menyatu pada pengorbanan bangsa-bangsa non-Eropa.
Dalam pemikiran Eropa-Kristen, kenabian disempurnakan dengan kedatangan Yesus Kristus. Sedang dalam kesadaran Eropa-Yahudi, kenabian disempurnakan dengan pendirian negara Zionis. Tugas kita adalah menyatakan adanya pengaruh dari kedua sumber ini terhadap peradaban Eropa. Kesadaran Eropa berusaha menguasai bangsa-bangsa dan merampas kekayaan umat Islam. Asal-usul Eropa yang ketiga mengandung sifat dasar yang barbar, berwatak materialistik dan sensasional, buas dan rasis. Konflik-konflik Eropa berubah menjadi peperangan kolonial. Kekuasaan dunia mencerminkan sumber yang ketiga. Ini menjadi sejarah agama dan esensinya terletak dalam peradaban
Barat. Ini adalah sejarah agama dan esensinya bagi semua peradaban yang lain. Peradaban Eropa berkembang dalam tiga tahap: zaman penolakan terhadap greja, zaman skolastik, dan zaman modern. Tahap yang pertama penting bagi kita karena teks-teks keagamaan, kredo agama Kristen, pemikiran tentang bangsa yang terpilih dalam Yudaisme, dll., dikritik. Tugas kita adalah melakukan studi atas periode ini untuk mengetahui kejadian-kejadian yang dibicarakan Islam. Studi mengenai hubungan antara agama baru dan filsafat Yunani- Romawi juga penting buat kita. Bagaimana peradaban kuno (filsafat Yunani-Romawi) menaklukan agama baru (Kristen)? Bagaimana ia memaksakan dirinya pada agama baru? Sebaliknya, Islam mengadopsi filsafat ini sebagai alat untuk reformasi yang tanpa wahyu kehilangan esensi dan kandungannya. Zaman skolastik di Barat merupakan zaman keemasan kita dalam revolusi peradaban kita yang pertama. (ni meliputi bagimana munculnya kesadaran Eropa lewat transfer filsafat dan ilmu-ilmu dari kita. Rasio Eropa dalam renaissans pada abad ke-14 diarahkan pada alam langsung, supaya ia bisa berdiri sendiri (lepas dari peradaban sebelumnya, peradaban Islam).
Kita masih mengikuti kecenderungan ini dalam dua abad terakhir. Pada abad ke-15 reformasi muncul. Ini merupakan zaman ketika kita mulai menemukan Islam kembali. Zaman kebangkitan terus berlalu sampai abad ke-17, dan para pemikir serta ilmuan mejadi martir ketika berjuang melawan dua otoritas: agama dan poliuik. Kesadaran Eropa berani mengarahkan dirinya pada manusia dan alam.
Kita belum memulainya secara terorganisir dan secara fundamental, walaupun kita punya keinginan menetapkan kebangkitan. Zaman modern mulai pada abad ke-17 di Barat. Ini merupakan zaman rasio. Rasio dan alam dapat menjadi sumber persepsi dalam kesadaran Eropa. Kesadaran Eropa menetapkan manusia sebagai pusat dunia. Ia mengikrarkan manusia murni, rasio, alam dan kebebasan. Manusia dipandang sebagai mahluk yang mempersepsi kebenaran, dan merealisasikan kebenaran dengan keinginannya sendiri. Maka, kesadaran Eropa secara otomatis mampu meneliti Islam. Pada abad ke-18, rasio ini berubah menjadi kekuatan bagi berlangsungnya revolusi sosial dan politik. Dengan demikian rasio mampu menguasai alam sampai pada abad ke-19, kemudian ilmu muncul. Dan akhirnya manusia muncul di abad ke-20, di mana krisis peradaban mulai teriadi. Kesadaran Eropa mulai menghancurkan apa yang dibangunnya, dan sekarang ia berada untuk menghancurkan dirinya.
Walaupun rasionalisme Eropa menang, banyak celah yang memperlemah kemenangannya. Maka ia berubah menjadi objek-objek yang menentang dirinya dalam rasionalisme kontemporer. Pertama, rasionalisme mencurahkan perhatiannya pada bentuk tanpa isi. Akibatnya, muncul ekserimentalisme Eropa yang menentang rasionalisme tersebut, yang lebih menyukai isi daripada bentuk, materi daripada rasio. Kedua, rasionalisme berubah dari kritik fundamental ke penelokakan prinsip, kemudian ke pengancuran dirinya secara terus-menerus. Rasionalisme menjadi penghancur dirinya sendiri.
Ketiga, rasionalisme jatuh ke dalam transformasi yang rahasia dan iman ke tingkat rasio dan bukti. Kemudian, asosiasi ideal muncul atas nama gereja, dan keabsolutan atas nama Tuhan. Descartes dan Kant membawa Injil baru dengan agama Kristen yang rasional, ideal, dan etis. Keempat, rasionalisme memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri, tubuh manusia Eropa. Ia mengikrarkan humanisme yang terbatas. Maka rasionalisme ini menolak rasio bangsa-bangsa non-Eropa. Kelima, rasionalisme Eropa belum menghasilkan jejak aktual apa pun, ia hanya mengubah politik secara formal. Pada hakikatnya bangsa-bangsa Eropa masih Romawi. Keenam, rasio berubah ke alam aktivitas bebas, kemudian ke datam kemapanan sistem liberal yang mendukung sistem kapitalis, yang pada gilirannya mengarah pada monopoli dan ublisasi.
Setelah proses ini, rasio menjadi hampa nilai. Eksperimentalisme Eropa tidak berlanjut, walau kemenangannya luar biasa besar. Ada beberapa alasan. Pertama, eksperimentalisme ini betul-betul menjadi eksperimentalisme yang sentmentil, di mana setiap yang terlihat adalah palsu. Kebenaran tidak terletak dalam rasio tapi dalam indera. Pengalaman bertentangan dengan rasio. Dengan demikian, walau kecenderungan komperhensif muncul, rasio Eropa mempunyai kecurigaan dan kedangkalan.
Kedua, eksperimentalisme mengubah teori murni dalam pengenalan ke dalam teori tentang watak nasional. Materi menjadi sumber nilai, dan kemudian hanya materi yang merupakan nilai. Ini materialisme Eropa. Ketiga, materialisme ini menyatakan watak natural bangsa-bangsa Eropa, akarnya terletak dalam sejarah suku Jerman dan Anglo-Saxon, yang tidak mempunyai lahan untuk tumbuhnya rasionalisme dan idealisme. Keempat, peperangan terjadi di antara bangsa-bangsa Eropa karena materi. Kelima, cinta pada materi berubah menjadi utilisasi yang dari luar, yang menyebabkan terjadinya kejahatan terbesar dalam sejarah manusia, yakni penjajahan terhadap bangsa-bangsa lain. Keenam, rencana industri bangsa Eropa berakhir dengan kegagalan setelah krisis energi. Ini merupakan awal penguasaan mereka terhadap sumber-sumber alam dari bangsa-bangsa non-Eropa, dan awal terjadinya krisis nilai. Dan ini diakui dengan munculnya kelompok-kelompok penentang di masyarakat-masayarakat Eropa. Dalam ilmu-ilmu kemanusiaan, kisruh antara kecenderungan rasional dan eksperimental masih kacau. Juga ada krisis dalam perkembangan manusia Eropa yang membela kebebasan manusia dan manusia sebagai nilai dalam dirinya sendiri. Pertama, manusia Eropa adalah manusia intensional, bukan manusia rasional, dan ia rentan terhadap rangsangan dari luar, eksistensial dan dibentuk dari daging. Kedua, ia adalah manusia yang relatif dibatasi, yang berubah sesuai dengan perubahan lingkungannya. Ketiga, manusia Eropa adalah manusia individual dan egoistik, tidak sosial dan tidak altruistik.
Keempat, ideologi manusia Eropa tetap teoritis, tidak praktis. Ia menyatakan harapan kesadaran dan cita-cita Eropa yang mengagungkan kemanusiaan, tapi realitas Eropa didominasi sektarianisme dan tribilaisme. Kelima, manusia Eropa bersifat kebangsaan, dan masing-masing bangsa menyatakan dirinya mewakili manusia Eropa. Ada dua perang dunia dan dua perang Eropa. Keduanya berlangsung di antara bangsa-bangsa Eropa sendiri. Keenam, manusia, menurut pandangan Eropa, ternyata adalah ras pubh sesuai dengan bangsa-bangsa Eropa.
Bersamaan dengan itu, bangsa-bangsa non-Eropa menghadirkan model yang lain bagi humanisme yang mengarah pada pembebasan dan keadilan. Dengan demikian ia menghadirkan jenis humanitas menyeluruh yang baru. Kesadaran Eropa terletak pada cogito Descartes, dan ujungnya adalah pada cogito Husserl. Kedua, kesadaran Eropa mencoba segalanya, dan ia mencampakan setiap kewajiban. Situasinya tidak stabil. Ketiga, ia kehilangan pusat konsentrasinya, karena itu tidak mungkin mengarahkan dirinya ke pusat.
Keempat, ia menolak segala sesuatu setelah diuji dan dibantah. Akhirnya, nihilisme total. Kelima, kesadaran Eropa menangkap angin Timur, ia menyadari dan tergugah dengan Islam setelah Revolusi Islam yang Agung di Iran. Bangsa-bangsa non Barat menjadi pelahir kesadaran baru yang mewariskan sesuatu yang paling agung yang membosankan kesadaran Eropa, yakni "Filsafat Pencerahan". Keenam, sebaliknya, kesadaran Eropa telah mencapai ujungnya, dan merasakan krisis nilai, krisis dalam sistem sosial dan ilmu-ilmu kemanusiannya. Filosof Barat mulai menyatakan kejatuhan Barat, pembalikan nilai-nilai, kehampaan pikiran, keilahan materi dan nihilisme absolut.
Kita mengawali hidup baru yang kita sebut reformasi, renaissans, pencerahan, perubahan sosial dan revolusi. Kita secara praktis mernpertahankan kemerdekaan nasional dan kebebasan bangsa-bangsa, dan kita membentuk ideologi-ideologi non-blok dan pembebasan. Jika ada penjelasan dalam kesadaran Eropa dalam lima abad terakhir, kita akan menggalinya. Peradaban akan kembali ke Timur, dan peradaban Islam akan menemukan tugasnyadiTimur. Karena kesadaran Eropa memulai revolusinya pada abad ke-15 dan sampai ke penghujung abad ke-20, kita akan memulai revolusi kita dari abad ke-15 H. sampai tujuh abad kemudian. Tugas kita adalah menyempurnakan reformasi keagamaan dan meneruskan renaissans bagi zaman baru kita yang akan datang. Generasi mendatang kita akan membentuk ilmu. Ini tidak berarti meniru Barat, namun kita mencoba merealisasikan tahap yang lainnya yang belum kita capai.
"Islam Kiri" bukan hanya pandangan politik tentang realitas, tapi juga pandangan budaya tentang sejarah bangsa-bangsa. "Islam Kiri" tidak bersandar pada cara-cara bicara atau pengungkapan, melainkan mencari metode analisis yang sangat akademik dan ilmiah.
Realitas Dunia Islam
"Islam Kiri" memberikan suatu gambaran situasi di dunia Islam tanpa mengikuti suatu metode bimbingan atau nasehat. Realitas menampakan dirinya, seperti statistik. Pemikiran keagamaan kita bersandar pada metode yang mentransfer teks ke realitas.
Pertama, teks bukanlah realitas, ia hanya deskripsi linguistik tentang realitas; maka ia tidak menjadi bukb tanpa kembali ke landasannya dalam realitas. Kedua, teks mensaratkan iman terhadapnya, masalahnya siapa yang beriman pada teks itu. Ketiga, teks terletak pada otoritas kitab, bukan pada otoritas akal. Bukti tentang otoritas bukanlah bukti. Keempat, teks adalah bukti bagian luar yang datang dari luar realitas. Kelima, teks membutuhkan penafsiran atas sauhnya; tapi tidak akan ada arti yang benar bagi suatu teks tanpa sauh ini. Keenam, teks bersifat sepihak (unilateral), dan ia bersandar pada banyak hal dari teks-teks lain. Ketujuh, teks bersandar pada pilihan, pilihan mengikuti kecenderungan dan kepentingan. Kedelapan, kondisi- kondisi sosial dari penafsir adalah dasar dari pilihan atas teks. Kesembilan, teks mengacu pada keyakinan masyarakat, pujian dari perasaan-perasaan keagamaan orang yang berlebihan dan pengakuan dari lawan. Kesepuluh, metode teks lebih dekat pada peringatan dan bimbingan, ia mempertahankan Islam sebagai suatu prinsip dari pada kaum Muslim sebagai ummah. Akhirnya, metode teks memberikan pernyataan, tapi bukan kuantitas. Metode "Islam Kiri" mendefinisikan kuantitas dengan statistik sehingga realitas bicara sendiri.
Kita menggunakan angka-angka untuk menyebarkan kekayaan kaum Muslim kepada rakyat komunitas Muslim (ummah). Kita sarjana tentang masyarakat, ekonomi, sejarah, dan hukum, yang tidak hanya bersandar pada teks tradisional. Kita hakim dalam pengertian klasik; para hakim klasik mengetahui realitas dan menghukuminya. Kita tradisionalis tapi untuk zaman sekarang; apa yang kita asumsikan adalah tugas generasi ini, bukan seluruh generasi. Dengan demikian kita te tarik dengan semangat zaman, dan tertarik dengan ungkapan populer, biografi para pejuang, nyanyian rakyat, dll, karena semua itu merupakan bagian dari sumber nilai. Dari sini kita mendefinisikan pandangan dunia mereka dan melukiskan struktur-struktur pikiran mereka. Tujuan studi ini adalah mempertahankan kaum Muslim dan memurnikan Islam dalam pikiran mereka.
"Islam Kiri" mengarahkan energinya ke masalah-masalah fundamental zaman ini. Dari luar: imperialisme, Zionisme, dan kapitalisme. Dari dalam: kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan. Sejak zaman al-Afghani, dan tentunya sejak Perang Salib, imperialisme merupakan masalah yang membakar. Kemudian, imperialisme adalah Perang Salib baru. Imperialisme sekarang adalah cara petualangan ekonomi multinasional dan westernisasi kebudayaan. Dalam hal budaya, imperialisme mematikan semangat kreatif bangsa-bangsa, dan mencabutnya dari akar sejarah mereka.
Basis militer asing tersebar di mana-mana di dunia Arab sekarang, dari Maroko sampai Timur Arab. Juga sejumiah bangsa Muslim tetap berada di bawah pengaruh super power. kekayaaan dunia Islam masih di tangan perusahan-perusahaan monopolistik, dan kita mengimpor pengetahuan ilmiah dari Barat. Tapi yang paling berbahaya adalah imperialisme budaya. Barat menginginkan agar warisan bangsa- bangsa historis lemah, kemampuan kreatifnya dibelenggu, dan kebudayaan mereka diubah menjadi budaya musium, hanya untuk studi. Dengan berubahnya bangsa-bangsa Islam menjadi minoritas, mereka menjadi budak Barat. Tugas "Islam Kiri" adalah terus-menerus mengingatkan akan model kolonialisme baru, rasisme Barat yang tersembunyi dan Perang Salib historis.
Zionisme masih merupakan kekuatan yang kokoh yang menentang Islam dan kaum Muslim. Sasarannya bukan hanya menguasai tanah, tapi juga menyebarkan pemikirannya ke kalangan intelektual Islam- Arab, dan mengetahui pemikiran mereka untuk menghancurkannya. Zionisme menguasai semangat kita, dan Zionisasi dunia dilakukan di jantung dunia Islam. Islam melarang bersahabat dengan keturunan Israel: "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi walimu; sebagian mereka adalah wali dari sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim" (QS. 5:51). "Islam Kiri" sejalan dengan Saudara-Saudara se-iman (Brothers in Goa) untuk menolak dan menentang Zionisme. Ini berarti bahwa perdamaian dengan anak-anak Israel dilarang. Kita mengatakan ini sebagai hakim Islam dengan tanggungjawab sebagai hakim.
Bahaya ketiga yang datang dari luar adalah kapitalisme. Bahaya ini tidak hanya bagi yang mengikutnya, tapi juga kita dalam masyarakat Islam. Kapitalisme terkait dengan masyarakat kelas, dan kekuasaan terletak pada orang yang menguasai modai. Ia tidak membatasi industri militer yang merusak, karena indusbri ini mendukung dan menguntungkan mereka yang mengabdi modal. Semua ini berarti kemiskinan bagi yang miskin, dan perlakukan istimewa bagi yang kaya. Islam menolak akumulasi kapital oleh sekelompok orang: "supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu" (QS. 59:7). Islam menolak hak milik istimewa, masyarakat kelas, monopoli dan riba; ia bicara tentang kesamaan, kooperasi, dan solidaritas. Sayang kita menyebarkan kata "Sosialisme Islam", padahal kita melihat dalam Islam perlawanan menentang kapitalisme lokal dan dunia. Kita memerlukan pembangunan sosial atas dasar kesamaan dan keadilan sosial, dan hak maksimum bagi yang miskin.
Bangsa-bangsa Muslim termasuk di antara bangsa-bangsa miskin di dunia. Walaupun al-Qur'an mengatakan: "dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak mempunyai apa-apa yang tidak mau meminta." (QS. 70:24-25)
Dan walaupun kita satu ummah, kita dalam kenyataannya dua ummah: yang miskin dan yang kaya. Tugas "Islam Kiri" adalah membagikan kekayaan di antara kaum Muslim. Pengurangan jumlah keturunan kita bukanlah penyelesaian masalah kemiskinan seperti yang dianjurkan para kolonialis dan Zionis. Yang terpenting adalah mengambil hak-hak kaum yang miskin dari kaum yang kaya, dan membagikan kekayaan negara-negara Islam dari mereka yang memiliki segala-galanya ke yang tak punya apa-apa.
Tidak ada bangsa yang menderita despotisme dan penindasan seperti kita. Kaum Muslim nampak seperti yang ditulis Barat mengenainya, yakni "despotisme Timur". Kita tidak punya sistem demokrasi atau kebebasan. Komitmen pada hak asasi manusia didatangkan dari Barat sehingga Barat dapat menelib kondisi-kondisi orang yang kita penjara. Dalam masyarakat kita tidak ada ukuran bagi semangat dan kebebasan pabriotik. Kecuali, mereka yang berkuasalah yang menjadi patriot-patriot. Para pemimpin memanipulasi kesadaran nasional lewat media komunikasi. Akibatnya, bangsa-bangsa Islam tidak lagi mampu mengubah opini orang lain. Bahkan jika faksi oposisi muncul, ia dicurigai sebagai tidak setia, penghianat, murtad. Tugas "Islam Kiri" adalah mempertahankan kebebasan berbicara dan memperkuat demokrasi. Dengan begitu, Israel tidak akan lagi menjadi "oase demokrasi" satu-satunya, karena ia tersebar luas, dan komite "hak asasi manusia" tidak akan lagi dikirim ke kita. Ternyata "keterbelakangan" merupakan sifat umum masyarakat kita. Itu berarti keterbelakangan menyeluruh dalam struktur sosial dan dalam pandangan-pandangan masyarakat. Beberapa masyarakat Islam kita seperti di Sudan, India, Pakistan, Iran, Irak, dan Turki masih bersifat kesukuan. Buta huruf menyebar, epidemik juga meluas sebagai akibat dari lingkungan yang kotor. Yang justru ironis, agama mereka bersandar pada kesucian dan air wudhu. Ini keterbelakangan budaya dan peradaban yang terkait dengan pandangan dunia dan perilaku masyarakat serta kondisi sosial ekonomi.
Keterbelakangan dalam pemikiran menampakkan pandangan dunia kita yang mendua --kita berada dalam satu sisi yang kuat, kemudian kita merasa senang dengan kehancuran sisi yang lainnya. Semua krisis kita datang dari sisi ini. Apa yang menentukan pandangan kemenyatuan dan tauhid adalah mengambil kembali dunia dan pusat gravitasi dunia bagi dunia. Pandangan piramidal juga menunjukkan pandangan dunia kita. Ia merupakan basis birokrasi dan kelas dalam masyarakat kita. Juga keterbelakangan nampak dalam kemunduran akal di hadapan "tabu-tabu" seperti Tuhan, kekuasaan dan_seks. Kita membiarkan tabu-tabu ini hidup demi kepuasan sentimen kita. "Islam Kiri" berusaha menemukan tempat ummah dalam sejarah, dan mentransformasikan bangsa-bangsa Muslim dari kuantitas ke kualitas. Pekerjaan "Islam Kiri" di awal abad ke-15 H. adalah sebagai berikut.
Pertama, mewujudkan keadilan sosial dalam ummah melalui firman al-Our'an. Kedua, membangun masyarakat bebas dan demokratis. Ketiga, membebaskan Palestina dan mengusir kolonialisme dari dunia Islam. Keempat, membangun kesatuan Islam yang menyeluruh mulai dari Mesir, kemudian lembah sungai Nil, kemudian Mesir dan Syria, ... dan akhirnya ummah. Kelima, merumuskan kebijakan nasional yang bebas dari pengaruh super power, yakni kebijakan "bukan Barat dan bukan Timur". Keenam, mendukung revolusi kaum yang tertindas; revolusi mereka adalah revolusi Islam.
Agama dan Revolusi
Tugas "Islam Kiri" adalah meneliti unsur-unsur revolusioner dalam agama. Agama adalah apa yang kita miliki dalam tradisi yang asli; revolusi adalah hasil zaman kita. Dan dalam agama sendiri ada revolusi. Para nabi adalah para revolusioner dan sekaligus reformis. Revolusi tauhid menentang kemusyrikan dibawa Nabi Ibrahim; revolusi semangat oleh Nabi Isa, revolusi orang miskin, budak, dan orang-orang yang malang dibawa Nabi Muhammad.
Tauhid mempunyai fungsi praktis untuk menghasilkan perilaku dan iman yang diarahkan pada perubahan kehidupan masyarakat dan sistem sosialnya. Para nabi muncul dan melakukan revolusi untuk membuat reformasi ke arah kondisi-kondisi yang lebih baik. Para nabi adalah pendidik kemanusiaan untuk mencapai kemajuan dan kesempurnaan. Akhir kenabian adalah bahwa kemanusiaan menjadi kemerdekaan akal, dan ia mulai bergerak sendiri ke arah kemajuan.
Banyak revolusi dalam sejarah kita: revolusi al-Qaramithah, Mahdi di Sudan, Sanusiyah di Libya, Islam di Aljazair dan Jihad ikhwan al-Muslimin. Tugas "Islam Kiri" adalah membawa revolusi ini. Sayangnya pemikiran yang menyembunyikan ide-ide revolusioner itu justru telah menang. "Islam Kiri" menmpunyai akarnya dalam revolusi-revolusi agama dalam masyarakat manusia. Banyak revolusi dalam sejarah Yudaisme dan agama Ktisten. Revolusi agama tidak terbatas hanya pada tiga agama monoteis, juga dalam agama-agama lain: revolusi Budha di Vietnam, revolusi Konfusianis di Cina, dan revolusi-revolusi lain di Afrika Selatan. Gerakkan revolusioner agama-agama telah diklasifikasikan ke dalam messianisme, milleniarisme dan kharisma dalam sejarah agama dan sosiologi agama. Tapi analisis ini masih berputar di sekitar wilayah agama Kristen, belum mampu menyentuh bentuk revolusi Islam, yakni revolusi tawhid yang tidak membutuhkan gambaran Messiah bagi pembebasan. Inilah yang berusaha dikemukakan "Islam Kiri".
Di Barat telah muncul kecenderungan baru dalam teologi yang mengambil "revolusi" sebagai suatu objek studi, dan disebut "Teologi Revolusi". Ia telah menjadi salah satu aspek penting darf pemikiran keagamaan di zaman modern. Teologi menjadi pengetahuan rakyat, dan menjadi pengetahuan revolusi rakyat di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Realitas revolusioner sendiri memasukan teolog-teolog bagi masyarakat-masyarakat bersagama. Beberapa dari mereka mengambil revolusi sebagai subjek studi, dan beberapa yang lain terlibat dalam revolusi itu sendiri. Agama adalah pengetahuan, tindakan, tauhid dan kesyahidan.
Kesatuan Nasional
"Islam Kiri" bermaksud mengajak dialog semua pihak dalam dunia Islam. Ia bukan sekte baru, tapi berusaha menciptakan kesatuan di antara kaum Muslim sesuai dengan tuntutan zaman, seperti kebebasan, keadilan, dan kemajuan. Kesatuan pemikiran adalah prasarat bagi kesatuan ummah. Pertama, "Islam Kiri" berseru kepada "Saudara-Saudara seiman" dalam jurnal al-Da'wah. Sejumlah penulis jurnal ini telah mengembangkan kesadaran akan dunia Islam, tapi kebanyakan tetap berada dalam tradisi. Kita menyerukan agar ada dialog antara mereka dengan kita. Kita boleh berbeda tapi saling menghormati dalam butir-butir pemikiran yang berbeda. Perbedaan kita mungkin formal, tidak esensial. "Saudara-Saudara Muslim" menyajikan kecenderungan-kecenderungan yang sesungguhnya di antara kita. Mereka melakukan jihad melawan kolonialisme di Palestina dan Suez. Terjadi konflik yang paling keras antara mereka dan revolusi Mesir. Apa yang mampu mereka lakukan adalah mendukung rakyat dalam revolusi, tapi mereka masih tidak mempunyai koordinasi politik untuk memobilisasi rakyat. Semangat revolusi ini mengulang penafsiran tradisional sehingga mereka mewujudkan objek-objek revolusi dalam kebebasan dan keadilan. Kita tak mengganti siapa pun dengan orang yang tidak beriman dan kita berharap tidak ada orang menggantikan kita dengan orang yang tidak beriman, tapi kita berseru demi kesatuan nasional minimum antar kita dan mereka. Nabi mampu melakukan dialog dengan rakyat dan mampu melakukan pendekatan. Ini hanyalah koalisi politik karena kepentingan yang mendesak, bukan kesatuan nasional bagi gerakan pembebasan nasional melawan imperilisme Barat. Kedua, kita menghimbau secara damai "Saudara-Saudara sebangsa" (kaum Marxis, Nasseris dan Liberalis) untuk berdialog. Kita bisa sepakat dalam cita-cita, yakni kebebasan, demokrasi, dan keadilan sosial. Kita semua terlibat dalam memperkuat kesadaran kelas para pekerja dan dalam pembentukan barisan depan revolusioner. Kaum Nasseris bisa mencapai implementasi sosial yang terbesar dalam sejarah modern kita. Nasserisme juga membangun basis gerakan revolusioner dan juga telah memberi sumbangan bagi gerakan-gerakan revolusioner di Dunia Ketiga. Kolonialisme Dunia menghubungkan Nasserisme dengan kekalahan tahun 1967. Nasserisme masih hidup dalam sentimen rakyat dan nampak dalam getaran revolusi Islam di Iran.
"Saudara-Saudara seiman" jangan menolak sisi progresif dalam khazanah kita. Kemajuan adalah tuntutan zaman kita karena masyarakat kita terbelakang. Banyak tulisan tentang kemiskinan, kekayaan, perbankan dan revolusi dalam Islam. Mengapa mereka yang mencurahkan perhatiannya pada yang miskin dan orang-orang yang tersingkir menjadi Marxis? Mengapa mereka yang menyerukan kebebasan dan demokrasi menjadi Komunis? Karena kita kehilangan substansi Islam. Kita hakim, mereka teolog, kita memusatkan perhatian pada syari'ah
Mereka memusatkan perhatian pada iman, kita tradisionalis dalam hukum Islam, mereka tradisionalis dalam agama. Mengenai "Saudara-Saudara sebangsa" (kaum Marxis), mereka tidak menolak "Islam Kiri". Kita semua revolusioner-revolusioner nasional yang terkait dengan warisan ummah, maka kita tidak membutuhkan kata-kata filsafat Barat apa pun. Kita semua bersaing untuk membela yang tertindas. Revolusi sekular yang mereka tunjukkan adalah bagian dari revolusi Islam, karena Islam komprehensif, ummah, mencakup peradaban dan sejarah, dan identitas yang kuat.
"Saudara-Saudara serevolusi" (kaum Nasseris) tidak menolak "Islam Kiri" juga. Rencana revolusi-revolusi Islam dalam berjuang menentang kolonialisme dan Zionisme, akhir dari reaksionisme dan keterbelakangan, realisasi kebebasan, sosialisme dan kesatuan ternyata adalah rencana "Islam Kiri".
Mereka berusaha mendukung tujuan Islam, tapi hubungan antara keduanya dangkal. Akibatnya Islam menjadi alat untuk membenarkan kemampanan yang ada. Tapi "Islam Kiri" didasarkan pada Islam itu sendiri. "Saudara-saudara sekebebasan" (kaum liberalis) sangat merasakan "Islam Kiri", karena mereka menganggapnya sebagai bagian dari warisan ummah. Tapi al-Tahthawi, seorang sarjana yang religius, dan Islam adalah sumber pokok kaum liberalis (Thaha Husain, dll.). Mereka bicara tentang kaum yang tertindas, kebebasan, demokrasi, dan keadilan sosial dalam Islam.
Mereka menggunakan akal dalam tradisi, dan mengkritik peradaban Barat. Mereka mengupayakan pencerahan, tapi belum mentransformasinya ke dalam pencerahan menyeluruh. "Islam Kiri" bertujuan untuk menyempurnakan apa yang kaum liberalis awali dan mentransformasikan masyarakat dari liberalisme ke pencerahan. "Islam Kiri" tidak terkurung dalam ungkapan-ungkapan seperti Islami, Arab dan Dunia, agama dan negara. Ia tidak menyatakan revolusi hanya untuk kaum Muslim, tapi revolusi bagi "rakyat al-Kitabi" yang menyatakan bagian dari warisan ummah dan sejarah ummah. rldak ada perbedaan antara Islam dan gereja-gereja Timur dalam menghadapi imperialisme Barat. "Istam Kiri" melindungi kreativitas bangsa-bangsa historis, dan menolak pengawasan budaya oleh Barat.
Keraguan dan Bahaya
"Islam Kiri" sepenuhnya bebas dari Timur atau pun Barat. Ia bukan Marxisme baru, liberalisme revolusioner atau gerakan Syi'ah. Ia menghadirkan kecenderungan budaya ideologis yang berakar dari warisan klasik kita, al-Qurtan dan Sunnah. Ia muncul di Mesir, yakni pusat dunia Islam dan jantung Arabisme. Ia bukan partai politik, bukan oposisi menentang pemerintah atau kemapanan, dan juga tidak melakukan agitasi bagi pemberontakkan dalam negeri. "Islam Kiri" mempertimbangkan politik dalam budaya ummah dan renaissans ummah, dan perjuangannya adalah pada tingkat kesadaran budaya dan peradaban ummah. Ia bertujuan melampaui pemecahan-pemecahan yang parsial untuk mencapai pandangan yang menyeluruh. "Islam Kiri" bukan hanya "bekas" dengan semangat yang berapi-api dalam pikiran masyarakat, tapi bertujuan untuk mentransformasikan bekas itu ke dalam akal, dialog dan pencerahan untuk mempertahankan kebaikan Islam. Jurnal ini tidak hanya menghadirkan suatu kecenderungan, karena ia menghimpun esai-esai dan pendapat-pendapat yang bermacam-macam, yang punya keinginan untuk memunculkan sisi progresif dalam Islam dan unsur-unsur revolusioner dalam sejarah kita. Kita dapat berbeda, tapi perbedaan kita adalah seperti perbedaan antara para sahabat Nabi Muhammad. Semua kita mencari kebenaran, menjalankannya, dan berusaha membuktikannya. Kita mungkin diragukan, dipandang bid'ah dan kafir. Ini jelas pandangan yang jahat dan bernafsu untuk menjadi penguasa. Tapi kita bertumpu pada bukti --bukti dengan sumber yang otoritatif. Kita melakukan ijtihad seperti para pendahulu kita. Kita mengikuti jalan yang diambil para ulama besar dan ummah. "Islam Kiri" bukan Islam yang berbaju Marxis, dan bukan pula Marxisme yang berbaju Islam. Ia tidak terpengaruh oleh Marxisme dalam bentuk maupun isinya, tapi ia mempunyai ungkapan-ungkapan untuk membangun revolusi kaum Muslim. Ia tidak terpengaruh Barat. Ia pada dasarnya menantang Barat. Ia bukan pencerahan yang diartikan di Barat, tapi merupakan tahap yang dilalui oleh setiap peradaban. "Islam Kiri" mengungkapkan apa yang kaum Muslim sekarang perlukan: sistem dan pemikiran, gerakan atau reformasi, lama atau baru, tradisi atau kekinian. Ia memperbarui al-'Urwah al- Wutsqa. Kita akan mengembangkan rencana al-Afghani dan mengirimnya bagi revolusi pada generasi yang akan datang. Karena bagi kami, al-Afghani tetaplah masih hidup.***
Semoga bermanfaat.
Wassalam bil khair,Al Chaidar